Bisnis.com, KARAKAS - Venezuela pada Jumat (19/7/2013) menyatakan menghentikan upayanya memulihkan hubungan dengan Amerika Serikat, karena pernyataan Samantha Power, calon duta besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Power dalam dengar pendapat dengan Senat AS pada Rabu mengatakan bahwa jika terpilih, dia akan melawan rejim represif dan menantang penindasan masyarakat oleh negara, seperti, Kuba, Iran, Rusia, dan Venezuela.
Washington dan Karakas tidak mengirimkan duta besar ke masing-masing negara sejak 2010, meski Venezuela mengekspor 900.000 barel minyak per hari ke AS.
"Republik Bolivar Venezuela dengan ini mengakhiri proses untuk menormalisasi hubungan diplomatik yang dimulai awal Juni," demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri.
Venezuela menentang agenda intervensi yang dikemukakan Power dan menegaskan bahwa opininya yang tidak menghormati itu kemudian disetujui oleh Kementerian Luar Negeri AS, berlawanan dengan pernyataan Menlu John Kerry sebelumnya.
Kerry dan Menlu Venezuela Elias Jaua di sela-sela pertemuan Organisasi Negara-Negara Amerika di Guatemala pada Juni menyepakati pertemuan pejabat kedua negara, terkait dengan pengiriman duta besar masing-masing negara.
Presiden Nicolas Maduro pada Kamis mengatakan bahwa pernyataan Power itu "keterlaluan" dan meminta "perbaikan segera" dari Washington. Namun Kemenlu AS justru membela Power.
Presiden Barack Obama belum mengakui kemenangan Maduro -- pengganti pemimpin sayap kiri Hugo Chavez -- dalam pemilihan presiden 14 April. Maduro menang tipis dalam pemungutan suara kontroversial, dan pesaingnya Henrique Capriles tidak mau mengakui kemenangan itu.
Selama 14 tahun masa jabatannya, Chaves sering mengkritik imperialisme AS dan mendekati musuh AS seperti Iran dan Suriah.