BISNIS.COM, ST PETERSBURG--Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan Barat pada Kamis (21/6) bahwa apabila Presiden Bashar al-Assad mengundurkan diri terlalu cepat bisa berisiko terjadi kekosongan kekuasaan yang berbahaya.
"Jika memang Amerika Serikat menyadari salah satu organisasi oposisi Suriah, al-Nusra, yang dikenal sebagai teroris, lalu bagaimana seseorang bisa mengirimkan senjata kepada para anggota oposisi seperti mereka itu?," kata Putin dalam diskusi panel dengan Konselor Jerman Angela Markel, seperti dikutip Reuters, Sabtu (22/6/2013)
"Dimana mereka akan mengakhirinya ? Apa peranan yang mereka mainkan?," sambungnya.
Putin mempertahankan penjualan senjata dari negaranya untuk mempersenjatai pemerintah Suriah dengan mencap sepenuhnya legal.
Dia juga berulang kali mengatakan atas posisi Rusia seperti itu, pihak luar tidak boleh menentukan nasib Assad dan Suriah.
"Jika Assad pergi hari ini [meninggalkan kursi kepresidenan], kekosongan politik tentu muncul, siapa yang akan mengisi,?" tegas Putin dalam konferensi pers kemudian dengan Merke.
"Mungkin organisasi teroris itu, tapi tidak ada seorang pun yang mengingingkannya. Lalu bagaimana hal itu [kekosongan kekuasaan] bisa dihindari? Bagaimanapun juga, mereka itu [para pemberontak] bersenjata dan agresif," .
Satu-satunya solusi, katanya, adalah konferensi perdamaian internasional yang kini sedang diupayakan oleh Rusia dan AS.
Sementara itu, seorang penyidik hak asasi manusia PBB memperingatkan pada Jumat (21/6) bahwa peningkatan pasokan senjata ke pemerintah Suriah dan pasukan pemberontak justru malah mengakibatkan berkoarnya kejahatan perang dalam perang saudara dua tahun yang telah menewaskan sekitar 93.000 orang itu.
Dengan Rusia dan Iran yang mempersenjatai pasukan Assad, ditambah pejuang Hizbullah Lebanon, kekuatan Barat telah sepakat untuk meningkatkan bantuan kepada para pemberontak Sunni. (ra)