BISNIS.COM, MEDAN – Kerja sama perdagangan antarpulau di Indonesia dinilai perlu diperkuat untuk menghadapi pasar bebas yang akan diterapkan melalui Masyarakat Ekonomi Asean atau AEC (Asean Economy Community) pada 2015.
Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia Sumut Khairul Mahalli mengemukakan potensi pasar perdagangan antara pulau di Indonesia belum digarap secara maksimal, terlihat dari banyak produk impor di pulau tertentu, padahal produk tersebut mudah di temukan di daerah lain.
“Untuk menghadapi Asean Economic Community pada 2015, GPEI [Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia] Sumut gencar melakukan penguatan perdagangan komoditas antara pulau di Indonesia,” jelasnya hari ini, Senin (10/6/2013).
Dia mengemukakan kendala memperkuat transaksi perdagangan antara pulau adalah minimnya sarana infrastruktur, seperti jalan dan pelabuhan. Kondisi ini menyebabkan biaya logistis sangat mahal, sehingga pedagang sering lebih memilih memasarkan produk dari luar negeri.
“Rendahnya konektivitas membuat biaya distribusi meningkat. Komponen biaya angkutan barang bisa mencapai 30% dari total biaya produksi untuk rata-rata seluruh komoditas,” tambahnya lagi.
Jumlah ini, paparnya, terlalu tinggi jika dibandingkan dengan biaya transportasi di negara lain yang hanya menyumbang sekitar 10% sampai 15% terhadap keseluruhan biaya produksi, sehingga harga produk impor sering lebih murah dari produk hasil perdanganan antarpulau.