SRAGEN—Virus avian influenza (AI) atau flu burung yang menyerang ribuan itik di Sragen berpotensi menular kepada manusia dan banyak spesies hewan lainnya.
Anggota Staf Patologi Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Waluyo Budi Priyono, menyatakan Virus itu termasuk ke dalam golongan virus influenza tipe A.
Hal itu diketahui setelah pengambilN contoh bangkai itik yang terjangkit virus AI di Dukuh Karangjati, Desa Pelemgadung, Kecamatan Karangmalang, Sragen, Senin (11/2/2013) sore kemarin.
Sementara pada Selasa (12/2/2013), warga Karangjati masih dalam kondisi waspada dan mencermati kemungkinan ada unggas mati akibat terjangkit virus AI.
Sesuai anjuran Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Sragen, warga yang memelihara unggas, terutama itik, menyemprotkan disinfektan untuk mencegah kian merebaknya serangan AI.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Disnakkan Sragen, Mulyani Sriwiyati, menyatakan kematian itik dua pekan terakhir lebih banyak dibandingkan kejadian serupa pada Oktober-Desember tahun lalu.
Disnakkan menyediakan cairan disinfektan sebanyak 80 liter yang diperkirakan cukup hingga Maret mendatang.
Saat ditemui wartawan di Dukuh Karangjati, Waluyo Budi Priyono menyarankan agar para peternak itik atau warga yang memelihara unggas mewaspadai potensi penularan virus AI kepada manusia.
”Itik atau unggas lain yang sekarat sebaiknya tidak disembelih lalu dikonsumsi. Proses penyembelihan berisiko menularkan virus AI. Saat merawat itik, sebaiknya peternak memakai masker atau alas kaki. Setelah merawat, tangan dan kaki mestinya dicuci dengan sabun,” kata dia kepada wartawan.
Dia menjelaskan sejak awal tahun ini hingga terjadi kasus kematian ribuan itik di Sragen, belum ada laporan manusia terduga terinfeksi flu burung di Jawa Tengah. Sementara itu, untuk memutus rantai penyebaran virus AI di Sragen, BBVet menyarankan vaksinasi itik.
BBVet memastikan seluruh itik milik peternak saat ini sudah tertular virus tersebut. Namun, vaksinasi baru bisa dilakukan setelah seluruh itik benar-benar sembuh. Vaksin virus AI khusus untuk itik masih diteliti dan baru bisa didistribusikan sekitar satu hingga dua bulan mendatang.
”Sementara ini, peternak sebaiknya rutin menyemprotkan disinfektan di kandang itik dan area sekitarnya. Peneguhan status penyebab kematian itik masih menunggu hasil uji di laboratorium kami,” ujar Waluyo sambil menyebutkan Senin sore lalu, kematian itik di Desa Pelemgadung bertambah.
Menurut catatan Kepala Seksi Pengamatan Penyakit Hewan Disnakkan Sragen, Umi Wiratri, total ada 50 itik mati sejak Senin pagi hingga Senin sore. Itik-itik tersebut seluruhnya milik Sariman, warga warga RT 006, Dukuh Karangjati.