Belum lama ini Sinarmas Group membuat gebrakan dengan menggandeng raksasa asuransi Jepang Mitsui Sumitomo Insurance Co Ltd. Aksi korporasi kelompok usaha milik keluarga Eka Tjipta Widjaja ini memperkuat eksistensi bisnis keuangan yang dikendalikan Indra Widjaja, putra ketiga sang taipan itu. Untuk mengetahui pengalamannya dalam mengelola kelompok perusahaan itu, Bisnis mewawancarainya. Berikut petikannya.
Apakah Anda merasa disiapkan secara khusus untuk melanjutkan bisnis keluarga?
Terserah kita saja. Tidak ada training khusus. Semuanya diharuskan untuk selesai perguruan tinggi. Cuma saya hanya sampai sarjana muda, terus disuruh pulang. Nanti saja habis kerja baru lanjutkan ke master. Namun, setelah bekerja ternyata sibuk, tidak ada waktu lagi. Anak-anak saya yang sampai master baru pulang.
Nilai-nilai apa yang diajarkan oleh Pak Eka dan masih dipegang teguh oleh Anda sekarang?
Kalau dalam bisnis, selalu menjadi pengusaha yang bisa berhasil. Kalau Pak Eka selalu memberi arahan agar kepercayaan harus dijaga karena ini bisa dikatakan sebagai suatu modal. Jika tidak ada kepercayaan bagaimana bisa dagang. Ini yang selalu dipertahankan oleh Pak Eka. Kedua, harus rajin. Dulu rapat itu selalu pukul 07.00, sekarang kita rapat pukul 07.30. Dan kalau terlambat di denda. Ya .... Uangnya dikumpulkan terus dibuat makan-makan.
Kalau putra-putra Anda, apa semua terjun di bisnis? Atau ada arahan lain?
Kebetulan mereka semua mau kembali di bisnis. Tidak ada arahan harus ke sektor keuangan, misalnya. Anak saya yang paling kecil ke batu bara. Namanya Suganto Widjaja. Penempatannya di batu bara juga kebetulan saja. Tidak ada pemikiran sebelumnya bahwa Sinarmas Group mau masuk batu bara.
Bagaimana bisa masuk ke bisnis batu bara?
Batu bara merupakan bisnis yang baru bagi kita. Kalau dilihat asal-usulnya, kita juga pemakai batu bara dalam jumlah yang banyak seperti di Tjiwi Kimia. Kita juga terus membeli batu bara. Kemudian karena ada yang mau jual tambang, ya ... kita beli.
Apa keputusan masuk batu bara ini hanya berdasarkan ramainya satu bisnis tertentu?
Masuknya ke batu bara juga kebetulan. Kita banyak memakai batu bara. Kebetulan ditawari, ya... kita beli. Dari dulu tidak ada rencana kita masuk ke energi. Kalau ada kita pasti masuk ke minyak atau gas.
Kalau dalam keluarga, apa ada konvensi untuk generasi ketiga mau ditempatkan di mana atau bahkan ada yang keluar dari Sinarmas?
Tidak ada konvensi. Bebas saja. Sejauh ini belum ada keluar dari grup.
Bagaimana latar belakang masuknya Mitsui Sumitono Insurance Co Ltd Jepang membawa dana sampai Rp7 triliun?
Perusahaan perusahaan asuransi Jepang itu hampir setiap hari datang ke Indonesia untuk mencari partner. Bukan hanya asuransi jiwa, akan tetapi juga asuransi kerugian. Sebenarnya, mereka awalnya mau masuk ke Mega Life. Namun, sepertinya belum ada minat.
Akhirnya, mereka datang ke kita. Bagaimana nih, mau tidak? Saya katakan, tunggu dulu. kami tanyakan mau partner yang bagaimana? Tawaran ini sebenarnya tidak hanya dari satu asuransi dari Jepang, tetapi banyak yang datang. Semua asuransi di Jepang sudah bertemu dengan saya. Mereka memang lagi mencari partner.
Jadi, industri asuransi di negara itu sudah jenuh. Pasalnya, jumlah penduduk usia lanjut di Jepang makin banyak dan semuanya sudah memiliki polis asuransi. Paling anak-anak muda yang mulai bekerja baru beli asuransi. Namun, jumlah itu [anak muda] sedikit sekali. Lebih banyak penduduk yang sudah tua dan memiliki polis. Jadi pertumbuhan asuransi sudah stagnan karena populasi yang tua lebih banyak. Mau tidak mau industri asuransinya harus mencari keluar Jepang.
Selanjutnya, pada 1997, ketika terjadi krisis di Asia, Pemerintah Jepang membolehkan asuransi kerugian masuk ke asuransi jiwa atau sebaliknya. Ini berbeda dengan di Indonesia yang tidak bisa cross. Seperti banyak asuransi kerugian skala besar di Jepang sebenarnya baru masuk ke asuransi jiwa sekitar 15 tahun.
Kami tidak menggunakan advisor, malahan mereka yang memakai konsultan. Kami tidak mencari partner. Semua datang ke Indonesia, bukan hanya dari Jepang, tetapi ada yang dari Afrika Selatan dan Prancis. Semua sudah bertemu dengan kita. Tentu kita memilih. Kalau untuk asuransi kerugian, partner itu tidak terlalu banyak manfaat.
Pasalnya, pertumbuhan asuransi kerugian itu tidak bisa double karena sifat asuransi yang tidak compulsory. Kalau di luar negeri, asuransi mobil itu diwajibkan. Misalnya, kalau ingin memperpanjang STNK diharuskan ada bukti asuransi, sementara di sini hanya orang yang mempunyai duit mengasuransikan kendaraannya. Demikian juga dengan asuransi rumah. Bahkan, di Jepang dan Taiwan itu di haruskan miliki asuransi bencana alam.
Apa yang membuat Sinarmas berjodoh dengan Mitsui?
Setelah kita pelajari semuanya, di Indonesia ini memiliki penetration rate untuk asuransi jiwa itu baru 1,5% dari GDP, sementara di negara lain itu sudah sampai 10%, 12% dari GDP. Kita ini jauh lebih rendah. Dengan kata lain, asuransi jiwa itu masih ada peluang naik sampai 5%-6%. Sudah berapa kali lipat itu. Populasi di Indonesia, boleh dikata 60% masih di bawah umur 30 tahun. Ini peluang tentunya.
Selanjutnya, tahun ini sudah memasuki tingkat GDP sebesar US$3.000 per kapital. Bahkan, sampai akhir tahun ini bisa menjadi US$4.000 per kapital. Dengan kata lain, basic need masyarakat sudah terpenuhi. Jika pendapatannya sudah lebih, akan memikirkan financial asset atau proteksi. Jika kita melihat peluang asuransi jiwa, itu besar sekali.
Nah, dalam asuransi jiwa itu sama dengan bank. Di bank ada yang disebut capital adequacy ratio, sementara di asuransi dikenal dengan RBC (risk base capital). Jadi kalau kita ingin bis nis lebih banyak, kita harus memperbesar modal. Berarti, peluang di asuransi jiwa ini masih cukup besar dan kita butuh modal untuk mengambil market share lebih besar.
Kita sebenarnya bisa menambah modal. Namun, kalau ingin mengambil market share lebih besar tentu butuh modal yang besar juga. Dan Mitsui ini merupakan salah satu perusahaan asuransi yang sangat besar di Jepang. Selain itu, mereka memiliki teknologi tertentu.
Saya lihat mereka memiliki training program yang sangat baik. Kita ingin belajar dari mereka. Itulah mengapa kita memilih Mitsui. Mitsui Sumitomo ini merupakan anak usaha Mitsui Corporation dan Sumitomo Corporation. Di Jepang, yang terbesar itu Mitsubhisi, sedangkan Mitsui dan Sumitomo nomor dua dan tiga.
Di Indonesia, asuransi kerugian Mitsui Sumitomo sudah ada. Mereka banyak menutup investasi Jepang di sini. Dengan menggandeng mereka diharapkan kita bisa masuk ke perusahaan Jepang di Indonesia.
Apa prinsip filosofi yang dipegang sehingga sebuah grup bisnis yang besar yang terpisah secara legal tetapi masih dalam satu payung budaya yang sama?
Prinsipnya kita lebih percaya kepada spesialisasi. Jadi tidak, saling tabrakan dan saat bersamaan bisa menimbulkan konflik. Kita anggap setiap anggota keluarga sebaiknya menempati satu bidang. Biasanya, satu kapal itu hanya ada satu kapten. Kalau satu kapal banyak kapten tentu akan ribut. Tidak tahu siapa yang harus di dengar.
Sewaktu pemilihan untuk menjadi kapten dari masing-masing sektor, ceritanya bagaimana?
Itu by luck dan kesempatan saja. Saya memang pernah di BII. Namun, saya juga pernah di pabrik minyak Bimoli selama 8 tahun. Kakak saya yang kelola di sana, Pak Teguh. Setelah 2 tahun di sana, Pak Teguh pindah ke Surabaya. Pada saat itu, Pak Eka Tjipta Widjaja bekerja sama dengan teman-teman mendirikan pabrik kertas Tjiwi Kimia di Surabaya, joint dengan sejumlah pengusaha termasuk Mochtar Riady.
Karena tidak ada yang mengurus dan telantar lantaran mesinnya dari Taiwan, perusahaan menjadi bangkrut. Setelah diurus dan dibangun pelanpelan perusahaan Tjiwi Kimia kembali bangkit. Dan Pak Teguh dipindahkan ke sana. Saya tetap di Manado. Dan kemudian Pak Mochtar bergabung. Setelah beberapa tahun, Pak Eka diajak untuk kongsi di bank. Lantas saya disuruh ke bank. Jadi memang tidak ada rencana.
Kapan sektor jasa keuangan mulai dikembangkan?
Setelah saya di bank, terus membikin asuransi dan leasing. Masuk ke bank 1992, dan pada 1994 dan 1995 kami membikin asuransi jiwa, kerugian, leasing, dan perusahaan sekuritas karena terkait dengan financial services.
Kemudian kita menjadikan salah satu perusahaan menjadi induks. Sinarmas Multiartha itu sebelumnya adalah perusahaan leasing, Internas Artha Leasing Company. Jadi kita lepas izin leasingnya dan menjadi induk dari seluruh financial services.
Kalau Pak Franky membidangi apa?
Beliau lebih banyak di palm oil. Baru-baru ini dikembangkan ke telekomunikasi yaitu Smart yang belum lama bergabung dengan Fren. Memang dia senang di telekomunikasi. Jadi sebenarnya tidak ada rencana.
Apa masih sering ketemu keluarga?
Tentu, masih sering ngobrol. Biasanya kalau tidak traveling, kita sebagai keluarga ketemu seminggu sekali.
Apa bisa dikatakan pembagian usaha dalam empat kapal besar ini, pelajaran dari krisis?
Tidak. Kita dari dulu tetap usaha. Tentu setiap ada krisis kita belajar bagaimana bisa kita hadapi. Semuanya proses. Dari muda sampai sekarang selalu ada kejadian yang harus belajar. Dan kejadiannya berbeda-beda. Pada 1997 kita kena krisis, yang 2008 dampaknya tidak terlalu banyak. Kondisinya sudah sehat.
Bagaimana saat ini keterlibatan Pak Eka dalam bisnis?
Tentu di usai yang sudah 90 tahun, secara fisik sudah lemah. Kebanyakan di rumah. Jalan pun harus dipegang. Tidak lagi bicara bisnis karena interestnya sudah tidak di sana [bisnis]. Namun, masih ingat dan bisa bicara.
Apakan beliau menanyakan perkembangan bisnis grup?
Beberapa tahun lalu memang masih menanyakan. Namun, belakangan ini karena fisiknya makin lemah ya.. sudah tidak menanyakan bisnis.
Setelah Pak Eka tidak banyak terlibat di bisnis, kalau rapat keluarga biasanya siapa yang memimpin?
Pak Teguh, kakak yang terbesar.
Jika ada rencana ekspansi di sektor finansial, biasanya dibahas bareng-bareng atau tidak?
Biasanya kita melapor perkembangan terakhir kepada keluarga agar semua mengetahuinya. Misalnya, joint venture dengan Mitsui Sumitomo, ya kita laporkan ke mereka. Jangan sampai mereka mendengar dari koran. Kalau semua ada di Jakarta ya kita kumpul. Tempatnya bisa di kantornya Pak Teguh. Selama proses negosiasi dengan Mitsui itu juga kita beritahukan kepada keluarga besar. Kita informasikan bagaimana strateginya, kenapa kita mau joint venture dengan mereka.
Dari empat bisnis usaha Sinarmas, sektor mana yang paling bisa diandalkan atau menjadi motornya?
Sebenarnya masing-masing growth sendiri, tidak dibatasi. Tidak pernah dibatasi. Semuanya maunya maksimal. Kalau bisa dilipatgandakan beberapa kali ya ... silakan saja. Kebetulan jika dilihat ekspansi selama sebelum krisis yaitu di kertas karena demand-nya cukup besar.
Dan kebetulan waktu itu juga mendapatkan banyak financing sehingga dapat ekspansi dengan cepat. Setelah krisis semua melakukan konsolidasi dan berkembang secara pelan, tidak lagi seperti sebelumnya yang tumbuh berlipat-lipat.