Bisnis.com, JAKARTA - Pemimpin tertinggi Iran saat ini, Ali Khamenei, masih belum diketahui keberadaannya.
Dilansir dari Iran Wire, Ali Khamenei sudah tidak terlihat di depan umum selama 25 hari sehinga memicu spekulasi luas tentang kesehatannya, keberadaannya, dan stabilitas Republik Islam.
Ketidakhadiran Khamenei terutama terlihat karena tidak menghadiri upacara Muharram beberapa waktu lalu, padahal sebelumnya ia ta pernah absen.
Di seluruh Iran dan media sosial, orang-orang bertanya apakah ia bersembunyi, telah meninggalkan negara itu, sakit parah, atau mungkin meninggal.
Penghilangan yang berkepanjangan ini terjadi pada saat ketegangan Iran meningkat, yang mungkin merupakan periode paling kritisnya sejak perang 1980–88 dengan Irak, yang ditandai oleh tekanan militer dari Israel dan meningkatnya ketegangan politik dalam negeri.
Mengacu pada alasan ini, beberapa media internasional mulai menebak-nebak siapa calon penggantinya.
Baca Juga
Dilansir dari OPB, spekulasi tentang siapa yang akan menggantikan Khamenei beralih dari garis keras seperti putranya yang berusia 55 tahun, Mojtaba Khamenei, dan Hassan Khomeini yang berusia 52 tahun.
Namun muncul juga rumor yang menyebut tentang cucu Ayatollah Khomeini, hingga presiden-presiden terdahulu yang berpikiran reformis seperti Hassan Rouhani dan Mohammad Khatami.
Afshan Ostovar, seorang pakar Iran di Sekolah Pascasarjana Angkatan Laut di Monterey, California, mengatakan Khamenei punya alasan kuat untuk tidak mengungkapkan siapa yang akan menggantikannya.
"Khamenei akan kehilangan statusnya karena dia akan memiliki penerus," ujarnya, seraya menambahkan bahwa penerus tersebut kemungkinan besar akan menjadi sasaran serangan politik.
"Jadi, semakin lama penerus itu dikenal, semakin lama pula lawan harus mencoreng citranya," ia menambahkan.
Ostovar mengatakan penggantinya haruslah seorang ulama. Namun siapa sosok tersebut belum bisa diketahui saat ini.