Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia Kehilangan 1 Juta Prajurit selama Perang dengan Ukraina

Rusia dilaporkan kehilangan 1 juta prajurit sejak mencetusnya perang melawan Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara saat konferensi pers setelah pertemuan puncak para pemimpin Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) di Bishkek, Kyrgyzstan, 13 Oktober 2023. Sputnik/Pavel Bednyakov/Pool via REUTERS
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara saat konferensi pers setelah pertemuan puncak para pemimpin Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) di Bishkek, Kyrgyzstan, 13 Oktober 2023. Sputnik/Pavel Bednyakov/Pool via REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA - Rusia dilaporkan kehilangan 1 juta prajurit sejak mencetusnya perang melawan Ukraina.

Dilansir dari Kyiv In Independent, tepatnya 1.000.340 Rusia tewas di di Ukraina sejak dimulainya invasi skala penuh pada 24 Februari 2022, Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina melaporkan pada 12 Juni.

Jumlah tersebut mencakup 1.140 korban yang diderita pasukan Rusia hanya dalam sehari terakhir. Ini menandai pertama kalinya sejak pecahnya perang skala penuh bahwa korban Rusia yang dilaporkan melampaui 1 juta.

Menurut laporan itu, Rusia juga kehilangan 10.933 tank, 22.786 kendaraan tempur lapis baja, 51.579 kendaraan dan tangki bahan bakar, 29.063 sistem artileri, 1.413 sistem roket peluncur ganda.

Kemudian adapula 1.184 sistem pertahanan udara, 416 pesawat terbang, 337 helikopter, 40.435 pesawat tak berawak, 3.337 rudal jelajah, 28 kapal dan perahu, dan satu kapal selam.

Hingga saat ini, belum ada kesepakatan damai antara kedua negara. Namun belum lama ini, ada angin segar dari Rusia.

Dilansir dari Newsweek, Moskow akan mengakhiri perang di Ukraina setelah NATO menarik pasukan dari negara-negara Baltik.

Bukan isapan jempol, hal tersebut dikatakan langsung oleh Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan kepada kantor berita negara TASS.

Dalam kutipan yang dikutip Newsweek pada hari Senin, Ryabkov mengklaim jika akar penyebab invasi Moskow ke Ukraina adalah ekspansi NATO ke timur.

Pejabat yang bertanggung jawab atas perundingan dengan Amerika Serikat itu tampaknya telah kembali pada ultimatum Kremlin pra-2022 agar NATO mundur ke perbatasannya pada 1997.

Sebelum invasi skala penuh, Kremlin mengeluarkan ultimatum dengan menyerukan Ukraina untuk melucuti senjata, meninggalkan aspirasi NATO-nya, dan agar aliansi tersebut menarik pasukan dari negara-negara Baltik dan Eropa Timur.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper