Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia melaporkan telah mengusir kapal Penjaga Pantai China dari wilayah sengketa di Laut China Selatan pada Senin (21/10/2024) lalu.
Mengutip Bloomberg pada Kamis (24/10/2024), kapal China tersebut mengganggu kegiatan survei yang sedang dilakukan oleh unit perusahaan minyak dan gas milik negara Indonesia PT Pertamina di wilayah kerjanya, kata Badan Keamanan Laut atau Bakamla dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu, yang diunggah bersama dengan video pertemuan tersebut di YouTube.
Penyerbuan tersebut terjadi di perairan yang kaya gas di sekitar Kepulauan Natuna di tepi Laut Cina Selatan, yang merupakan bagian dari zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia.
China bersikeras bahwa hampir seluruh Laut China Selatan yang ditandai dengan apa yang disebut "sembilan garis putus-putus" berada dalam wilayahnya.
Menurut Bakamla, ketika kapalnya mencoba berkomunikasi melalui radio dengan kapal China, Penjaga Pantai China bersikeras bahwa wilayah itu adalah bagian dari yurisdiksi Beijing.
Dengan bantuan kapal patroli Angkatan Laut Indonesia dan pesawat patroli Bakamla, mereka dapat membayangi kapal China dan akhirnya mengusirnya keluar dari Laut Natuna Utara — nama yang digunakan Indonesia untuk perairan yang menjadi kedaulatannya.
Baca Juga
“Bakamla akan terus melakukan patroli dan pemantauan intensif di perairan Natuna Utara untuk memastikan kegiatan survei seismik berjalan tanpa gangguan dan untuk menjaga kedaulatan dan hak kedaulatan Indonesia,” kata Bakamla.
Peristiwa ini bisa menjadi ujian awal bagi Presiden Prabowo Subianto yang dengan tegas mempertahankan sikap non-blok Indonesia dalam kebijakan luar negeri. Prabowo mengatakan Indonesiaakan "bersahabat dengan semua" dan mengutamakan kepentingannya.
Prabowo diperkirakan akan mengunjungi Beijing bulan depan dalam salah satu kunjungan kenegaraan pertamanya sebagai presiden. Adapun, Kementerian Luar Negeri China tidak menanggapi permintaan komentar yang dikirim di luar jam kerja normal.