Bisnis.com, JAKARTA - Pesawat pengebom siluman B-2 Amerika Serikat menyerang tempat penyimpanan senjata yang terkait dengan pemberontak Houthi di Yaman.
Aksi tersebut merupakan upaya terbaru untuk AS menumpulkan serangan kelompok dukungan Iran yang telah mengguncang pelayaran komersial di Laut Merah.
Mengutip Bloomberg pada Kamis (17/10/2024) Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin mengatakan, serangan tersebut menghantam lima fasilitas bawah tanah yang diperkeras. Dia mengatakan penggunaan pesawat pengebom B-2 dimaksudkan untuk menyampaikan pesan.
“Ini adalah demonstrasi unik dari kemampuan Amerika Serikat untuk menargetkan fasilitas-fasilitas yang berusaha dijauhkan oleh musuh-musuh kita, tidak peduli seberapa dalam terkubur di bawah tanah, dikeraskan, atau dibentengi,” kata Austin.
Adapun, pesawat B-2 terbang menuju sasarannya dari Pangkalan Angkatan Udara Whiteman di Missouri. Ini menandai pertama kalinya sejak Januari 2017 pembom siluman berbentuk sayap itu melakukan misi tempur.
Saat itu, dua pesawat B-2 terbang dalam misi pulang pergi selama 30 jam untuk mengebom kamp pelatihan ISIS di Libya.
Baca Juga
Setiap B-2 mampu membawa sebanyak 20 ton bom, termasuk 80 amunisi berpemandu GPS seberat 500 pon.
Komando Pusat AS mengatakan dalam pernyataan terpisah bahwa bunker tersebut berisi “misil, komponen senjata dan amunisi lainnya yang digunakan untuk menargetkan kapal militer dan sipil di seluruh wilayah.”
Komando Pusat menambahkan bahwa personel Angkatan Udara dan Angkatan Laut AS ambil bagian dalam operasi tersebut dan sejauh ini tidak ada indikasi adanya korban sipil.
AS dan Israel telah berulang kali menyerang kelompok Houthi, yang mulai menyerang kapal-kapal di Laut Merah dan Teluk Aden setelah Israel memulai kampanyenya melawan militan Hamas di Jalur Gaza setelah serangan 7 Oktober.
Namun meski banyak serangan terhadap kelompok tersebut, sekutu sejauh ini tidak mampu menghentikan serangannya. Dalam penilaian bulan Juni, pejabat intelijen Amerika mengatakan serangan Houthi terhadap kapal komersial di Laut Merah menyebabkan penurunan 90% pengiriman kontainer melalui wilayah tersebut antara bulan Desember dan Februari.