Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Israel Serang Pasukan Perdamaian UNIFIL di Lebanon, Ini Desakan PBB

Dewan Keamanan PBB menyatakan keprihatinan yang kuat setelah beberapa posisi penjaga perdamaian PBB di Lebanon selatan diserang Israel.
Asap mengepul di pinggiran selatan Beirut setelah serangan udara Israel menghantam Ibu Kota Lebanon tersebut pada 29 September 2024./Reuters-Amr Abdallah Dalsh
Asap mengepul di pinggiran selatan Beirut setelah serangan udara Israel menghantam Ibu Kota Lebanon tersebut pada 29 September 2024./Reuters-Amr Abdallah Dalsh

Bisnis.com, JAKARTA - Dewan Keamanan Perserikatan bangsa Bangsa (PBB) pada hari Senin menyatakan keprihatinan yang kuat setelah beberapa posisi penjaga perdamaian PBB di Lebanon selatan diserang di tengah bentrokan antara militer Israel dan militan Hizbullah yang didukung Iran.

Dalam pernyataan yang diadopsi berdasarkan konsensus, dewan beranggotakan 15 orang itu juga mendesak semua pihak yang terlibat, tanpa menyebut salah satunya secara spesifik, untuk menghormati keselamatan dan keamanan personel dan lokasi misi penjaga perdamaian PBB, yang dikenal sebagai UNIFIL.

“Pemelihara perdamaian PBB dan kantor-kantor PBB tidak boleh menjadi sasaran serangan,” kata dewan tersebut, seraya menegaskan kembali dukungannya terhadap UNIFIL dan pentingnya operasi tersebut bagi stabilitas regional.

Dewan Keamanan juga menyerukan implementasi penuh resolusi 1701, yang diadopsi pada 2006 dengan tujuan menjaga perdamaian di perbatasan antara Lebanon dan Israel. Dewan tersebut mengakui perlunya langkah-langkah praktis lebih lanjut untuk mencapai hasil tersebut, namun tidak memberikan penjelasan spesifik.

Sejak dimulainya operasi darat Israel di Lebanon pada 1 Oktober, posisi UNIFIL telah terkena dampak sebanyak 20 kali, termasuk oleh tembakan langsung dan insiden pada hari Minggu ketika dua tank Israel menerobos gerbang pangkalan UNIFIL, kata PBB.

“Lima penjaga perdamaian terluka dalam insiden ini, termasuk satu penjaga perdamaian yang menderita luka tembak,” kata juru bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan pada hari Senin. Sumber tembakan itu belum dikonfirmasi oleh UNIFIL.

Selama dua minggu terakhir, Israel telah meminta pasukan penjaga perdamaian PBB untuk mundur 5 km (3 mil) dari apa yang disebut Garis Biru – garis yang dipetakan oleh PBB yang memisahkan Lebanon dari Israel dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel – demi keselamatan mereka sendiri.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam sebuah pernyataan yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut sudah tiba waktunya bagi PBB untuk menarik UNIFIL.

Kepala penjaga perdamaian PBB Jean-Pierre Lacroix mengatakan bahwa pasukan PBB tidak akan bergerak. Setelah memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan secara tertutup, dia mengatakan kepada wartawan bahwa dia akan bertemu dengan Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon pada Selasa waktu setempat

Lacroix menambahkan bahwa PBB selalu meninjau situasi tersebut, dan pihaknya memiliki perencanaan darurat untuk semua skenario.

Sementara itu, Wakil Duta Besar AS, Robert Wood, mengatakan menjelang pertemuan dewan bahwa UNIFIL harus mampu melakukan tugasnya.

Dewan Keamanan memberi wewenang kepada UNIFIL berdasarkan resolusi 1701 untuk membantu pasukan Lebanon dalam memastikan Lebanon selatan bebas dari personel, aset, dan senjata bersenjata apa pun selain milik pemerintah Lebanon.

“Kita harus menentang setiap saran bahwa jika resolusi 1701 tidak dilaksanakan, itu karena UNIFIL tidak melaksanakannya, yang tidak pernah menjadi mandatnya,” kata Lacroix, menekankan bahwa UNIFIL memiliki peran pendukung.

UNIFIL juga diberi wewenang berdasarkan resolusi 1701 untuk membantu, jika diminta oleh pemerintah Lebanon, dalam mencegah pengangkutan senjata ilegal ke negara tersebut. Resolusi 1701 juga melarang pihak-pihak yang melintasi Garis Biru melalui darat atau udara. Para pejabat PBB telah lama melaporkan pelanggaran yang dilakukan kedua belah pihak.

Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menyebut, UNIFIL tidak dapat mencegah permusuhan. Dia mengatakan, UNIFIL sedang dalam bahaya dan terancam dan satu negara secara terbuka mengancam personelnya.

“Hal ini tidak bisa diterima,” kata  Nebenzia.

Sementara itu, Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, mengatakan bahwa tentara Lebanon dan UNIFIL telah gagal menguasai wilayah tersebut.

Dia berpendapat bahwa Israel kini bertindak untuk menegakkan resolusi 1701, dan mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa tentara Israel berada sepanjang perbatasan Lebanon untuk menyingkap dan membongkar infrastruktur Hizbullah.

Amerika Serikat dan Perancis mengatakan bahwa memperkuat tentara Lebanon akan sangat penting untuk melaksanakan resolusi 1701.

Danon mengatakan bahwa Dewan Keamanan PBB harus memastikan adanya mekanisme yang tepat bagi tentara Lebanon dan UNIFIL untuk memenuhi kewajiban mereka.

Ketika ditanya seperti apa hal tersebut, Danon mengatakan bahwa dia ingin melihat mandat yang lebih kuat bagi UNIFIL untuk menghalangi Hizbullah.

Setiap perubahan terhadap mandat UNIFIL harus mendapat izin dari Dewan Keamanan. Para diplomat mengatakan tidak ada diskusi seperti itu saat ini. Misi tersebut saat ini disahkan hingga 31 Agustus 2025. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper