Bisnis.com, JAKARTA – China dilaporkan menerbangkan 111 pesawat tempur melintasi perbatasan dengan Taiwan yang ditetapkan AS di selat yang memisahkan kedua negara. Aksi ini menggarisbawahi intensitas tekanan militer yang dilakukan Beijing terhadap pemerintahan Taiwan yang dijalankan secara demokratis.
Mengutip Bloomberg pada Selasa (15/10/2024), Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan dalam pernyataannya menyebut, pesawat itu kemudian memasuki zona sensitif di barat, barat daya dan timur pulau utama.
Aktivitas tersebut terlihat dari jam 5 pagi pada Senin (14/10/2024) hingga jam 6 pagi pada Selasa (15/10/2024) waktu setempat., Waktu tersebut kira-kira bertepatan dengan China yang mengadakan latihan militer skala besar di sekitar Taiwan.
Kementerian Pertahanan Nasional menyebut, militer Taiwan memantau pesawat-pesawat tempur dan menugaskan pesawat, kapal angkatan laut, dan sistem rudal untuk merespons aksi China tersebut.
Aksi tersebut muncul ketika militer China berjanji untuk memberikan tekanan militer terhadap Taiwan setiap kali diprovokasi sampai masalah Taiwan benar-benar terselesaikan.
Pada hari Senin, Tentara Pembebasan Rakyat China atau People’s Liberation Army (PLA) mengadakan manuver di sekitar pulau utama Taiwan dan beberapa pos terdepan yang lebih kecil yang dikatakannya dimaksudkan sebagai peringatan kepada pemerintah Presiden Taiwan Lai Ching-te untuk menghentikan tindakan separatis.
Baca Juga
“Kami hanya ingin menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh elemen kemerdekaan Taiwa' untuk membuat mereka memahami bahwa ada pedang tajam yang menghantui mereka,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan China Wu Qian pada Senin malam setelah latihan berakhir, menurut unggahan media sosial kementerian.
China mengatakan latihan tersebut melibatkan angkatan darat, angkatan laut, udara dan rudal, dan mereka mempraktikkan blokade di pelabuhan dan wilayah utama. Taiwan juga melaporkan peningkatan serangan siber.
Pada hari Selasa, Perdana Menteri Taiwan Cho Jung-tai mengatakan bahwa jika China mengadakan lebih banyak latihan, pihaknya akan bersiap dan terus bersiap.
“Kami telah melakukan ini di masa lalu dan akan melakukannya di masa depan,” katanya.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri AS menyebut pihaknya sangat prihatin terhadap manuver PLA. Presiden Joe Biden telah berulang kali berjanji untuk mempertahankan pusat semikonduktor yang terletak di jalur pelayaran utama dari serangan apa pun oleh China.
Sementara itu, Beijing mengatakan mereka harus membawa Taiwan ke bawah kendalinya suatu hari nanti, jika perlu dengan kekerasan.
Militer China telah berupaya untuk mengurangi pentingnya garis tengah di selat tersebut. AS menarik batas tersebut pada tahun 1954 selama periode ketegangan lintas selat, dan selama beberapa dekade sebagian besar militer China tetap berada di pihak AS.
PLA sekarang secara reguler mengirimkan penerbangan melintasi jalur tersebut, sehingga membebani militer Taiwan yang lebih kecil.
Latihan manuver militer PLA dilakukan setelah Lai mengatakan dalam pidatonya pekan lalu bahwa dirinya akan berupaya untuk menolak aneksasi atau pelanggaran terhadap kedaulatan Taiwan dan menegaskan kembali bahwa tidak ada sisi selat yang saling tunduk.Pernyataan tersebut pun memicu kemarahan China.
Adapun, latihan tersebut adalah yang kedua yang diadakan China sejak pelantikan Lai pada Mei 2024. Lai sangat tidak dipercaya oleh Beijing karena dipandang sebagai tokoh yang berupaya keras untuk meresmikan kemerdekaan Taiwan.
Wu menyampaikan pernyataan tersebut sebagai jawaban atas pertanyaan seorang reporter tentang pidato Lai pada Hari Nasional Taiwan. Menggarisbawahi penghinaan China terhadap presiden baru tersebut, Wu juga mengatakan tentang Lai bahwa dia dan orang-orang sejenisnya telah melupakan nenek moyang mereka dan memicu permusuhan dan konfrontasi.
“Kami tidak akan pernah berjanji untuk menghentikan penggunaan kekuatan dan tidak akan pernah memberikan ruang sedikit pun untuk kemerdekaan Taiwan,” tambah Wu.