Bisnis.com, JAKARTA - Pemimpin China dan Korea Utara berjanji untuk meningkatkan kerja sama bilateral pada peringatan 75 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara.
“Saya sangat mementingkan perkembangan hubungan Tiongkok-DPRK,” kata Presiden China Xi Jinping dalam pesannya kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dikutip Reuters melalui kantor berita pemerintah Korea Utara, KCNA, Senin (7/10/2024).
Dalam pesannya kepada Kim Jong Un, Xi menggunakan inisial nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea atau DPRK.
Xi mengatakan China siap untuk terus “menulis babak baru” hubungan melalui penguatan komunikasi dan kerja sama.
China sejauh ini merupakan mitra dagang terbesar Korea Utara. Keduanya memiliki sejarah yang sama sejak dukungan Beijing terhadap Pyongyang selama Perang Korea tahun 1950-1953 yang menghasilkan terbentuknya Korea Utara dan Selatan.
Namun, China bereaksi dengan hati-hati pada bulan Juni ketika Kim memperdalam hubungan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Tahun ini, Korea Utara dan Rusia menandatangani perjanjian strategis yang mencakup unsur pertahanan bersama.
Baca Juga
Dalam pesannya kepada Xi, Kim berjanji untuk terus berupaya mengkonsolidasikan dan mengembangkan hubungan persahabatan dan kerja sama antara DPRK dan China seperti yang disyaratkan oleh era baru.
Korea Utara diperkirakan akan merevisi konstitusinya untuk meninggalkan tujuan lamanya yaitu penyatuan damai dengan Korea Selatan dan mendefinisikan kembali perbatasan antar-Korea. Tindakan tersebut menurut para ahli dapat meningkatkan ketegangan di semenanjung tersebut.
Korea Utara akan mengadakan sidang parlemen untuk membahas amandemen tersebut pada hari Senin.
Pada Januari, Kim menyerukan perubahan konstitusi untuk memastikan bahwa Korea Selatan dipandang sebagai musuh utama. Selain itu, Korea Utara harus merencanakan untuk menduduki, menundukkan, dan merebut kembali Korea Selatan jika terjadi perang.
Ada kekhawatiran bahwa Korea Utara akan menyarankan penyatuan dengan kekerasan, termasuk senjata nuklir, berdasarkan revisi konstitusi, kata Lim Eul-chul, seorang profesor studi Korea Utara di Universitas Kyungnam Korea Selatan.
“Pendefinisian ulang wilayah antar-Korea juga bisa menjadi titik nyala baru dalam perselisihan antara kedua Korea,” katanya.
Pada Jumat pekan lalu, Kim mengatakan negaranya tidak akan ragu untuk menggunakan semua kekuatan ofensif yang ada termasuk senjata nuklir jika musuh berusaha menggunakan kekuatan untuk melanggar kedaulatannya.