Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) paling banyak mengucapkan kata "Indonesia" dalam pidato kenegaraan terakhirnya. Kata-kata lain yang berulang kali disebut dalam pidato kenegaraan Jokowi di antaranya adalah undang-undang (UU), kerja, energi, hingga maaf.
Jokowi sampaikan pidato kenegaraan terakhir dalam Sidang Tahunan MPR di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, pada Jumat (16/8/2024). Pidato kali ini menjadi unik, lantaran menjadi pidato terakhir Jokowi sebelum menyerahkan kepemimpinannya kepada presiden terpilih Prabowo Subianto pada Oktober 2024 mendatang.
Presiden membuka pidatonya dengan menceritakan genap 10 tahun ia menjabat menjadi Presiden Republik Indonesia dan menyampaikan rasa terima kasih yang tulus, sambil mengatasnamakan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Tidak Lupa, Jokowi juga menyampaikan berbagai prestasi sang Tanah Air. Contohnya saja, Jokowi banyak menyampaikan prestasi di bidang hukum. Setelah 79 tahun merdeka, Jokowi pamer bahwa Indonesia akhirnya memiliki Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta UU Cipta Kerja yang merevisi 80 UU dan 1.200 pasal.
Sebab demikian, undang-undang menjadi salah satu kata yang paling banyak muncul dalam Pidato kenegaraan kali ini. Dia juga menyampaikan suksesi dari DPR, DPD, hingga Mahkamah Konstitusi seperti menyelesaikan undang-undang strategis, pengawasan pelaksanaan UU, serta menangani lebih dari 202 perkara pengujian UU dan mengadili sengketa pemilu.
Bisnis menggunakan piranti Word Cloud Generator untuk melihat kata apa yang paling banyak muncul dalam Pidato Kenegaraan Jokowi 2024. Sejumlah kata yang tidak kontekstual diabaikan dari perhitungan, seperti kata "dan", "oleh", "yang", dan lain-lain.
Baca Juga
Berdasarkan perhitungan itu, "Indonesia" menjadi kata yang paling banyak disebut oleh Jokowi dalam pidatonya, yakni mencapai 24 kali. Lalu, "Negara" muncul 14 kali, "UU" sebanyak 20 kali, "Rakyat" 10 kali, dan "Masyarakat" 8 kali.
Berikut kata-kata yang paling banyak muncul dalam Pidato Presiden Jokowi di Sidang Tahunan MPR 2024:
- Indonesia (24 kali)
- Negara (14 Kali)
- UU (10 Kali)
- Rakyat (9 Kali)
- Masyarakat (8 Kali)
- Bangsa (8 Kali)
- Kerja (7 Kali)
- Pembangunan (6 Kali)
- Negeri (6 Kali)
- Energi (6 Kali)
- Harapan (5 Kali)
- Anggaran (5 Kali)
- Desa (4 Kali)
- Daerah (4 Kali)
- Dunia (4 Kali)
- Ekonomi (4 Kali)
- Transisi (4 Kali)
- Ma'ruf (3 Kali)
- Tantangan (3 Kali)
- Cita-Cita (3 Kali)
- Perubahan (3 Kali)
- Persatuan (3 Kali)
Namun, terdapat juga kata-kata yang menarik perhatian seperti kata "maaf". Hal ini lantaran Jokowi, yang juga mengatasnamakan sang Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyampaikan permintaan maaf bagi setiap pihak yang kecewa hingga hal-hal yang mungkin belum terwujud.
Jokowi juga sempat menyebut soal "Prabowo", sang Presiden Terpilih, yang akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinannya. Ia berharap bahwa Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, memberikan petunjuk dan kemudahan baginya dalam memimpin Indonesia.
Digitalisasi dan komoditas juga tak lupa disebut. Ia menyebut soal "Digitalisasi" sebanyak 3 kali dalam konteks layanan pemerintah, kemudian "Nikel", "Bauksit", "Tembaga" sebanyak 2 kali, dalam konteks smelter dan industri pengolahan, dan langkah tidak lagi mengekspor bahan mentah.
Kali ini Jokowi juga menyebut kata "iklim" sebanyak satu kali dalam konteks klaimnya bahwa Indonesia berhasil mengatasi krisis iklim—setelah dalam pidato tahun lalu dia tidak sama sekali menyebutkannya. Dia juga menyebut kata "hijau" dua kali, menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar di sektor energi tersebut.