Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hamas Putuskan Tak Ikut Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Qatar

Kelompok Hamas menyampaikan tidak akan mengambil bagian dalam perundingan gencatan senjata Gaza yang dijadwalkan berlangsung Kamis (15/8/2024) di Qatar.
Seorang anak kecil mengambil bagian dalam nyala lilin sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina di Gaza di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di luar G.P.O., di Dublin, Irlandia, 3 November 2023. REUTERS/Clodagh Kilcoyne
Seorang anak kecil mengambil bagian dalam nyala lilin sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina di Gaza di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di luar G.P.O., di Dublin, Irlandia, 3 November 2023. REUTERS/Clodagh Kilcoyne

Bisnis.com, JAKARTA – Kelompok Hamas mengatakan tidak akan mengambil bagian dalam putaran baru perundingan gencatan senjata Gaza yang dijadwalkan berlangsung pada Kamis (15/8/2024) di Qatar.

Mengutip Reuters, seorang pejabat yang memberikan penjelasan mengenai perundingan tersebut mengatakan bahwa mediator diharapkan untuk berkonsultasi dengan kelompok Hamas setelahnya.

Amerika Serikat (AS) memperkirakan pembicaraan tidak langsung akan berjalan sesuai rencana di ibu kota Qatar, Doha, pada Kamis waktu setempat dan menyebut perjanjian gencatan senjata masih mungkin dilakukan. Namun, kemajuan dalam perundingan baru ini sangat diperlukan untuk mencegah perang yang lebih luas.

Axios melaporkan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, telah menunda perjalanan ke Timur Tengah yang diperkirakan akan dimulai pada hari Selasa. Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan, Direktur CIA Bill Burns dan utusan AS untuk Timur Tengah Brett McGurk akan mewakili AS pada perundingan tersebut.

Tiga pejabat senior Iran mengatakan bahwa hanya kesepakatan gencatan senjata di Gaza yang akan menahan Iran dari pembalasan langsung terhadap Israel atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di wilayahnya bulan lalu.

Sementara itu, juru bicara Pemerintah Israel, David Mencer, menyebut pihaknya akan mengirimkan tim perundingan sesuai dengan waktu yang disepakati untuk menyelesaikan rincian implementasi kerangka kerja perundingan tersebut.

Delegasi tersebut termasuk kepala mata-mata Israel David Barnea, kepala dinas keamanan dalam negeri Ronen Bar, dan kepala sandera militer Nitzan Alon, kata seorang pejabat pertahanan.

Sementara itu, Hamas telah menyuarakan keraguannya terhadap perundingan tersebut dan menuduh Israel mengulur waktu. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pemimpin Hamas Yahya Sinwar telah menjadi hambatan utama bagi tercapainya kesepakatan.

“Melakukan perundingan baru memungkinkan pendudukan untuk menerapkan persyaratan baru dan menggunakan labirin negosiasi untuk melakukan lebih banyak pembantaian,” kata pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri.

Absennya Hamas dalam perundingan tidak menghilangkan peluang kemajuan karena kepala perunding Hamas Khalil al-Hayya berbasis di Doha dan kelompok tersebut memiliki saluran terbuka dengan Mesir dan Qatar.

Abu Zuhri menambahkan Hamas berkomitmen terhadap proposal yang diajukan pada 2 Juli 2024, yang didasarkan pada resolusi Dewan Keamanan PBB dan pidato Presiden AS Joe Biden. Dia juga menyebut Hamas siap untuk segera memulai diskusi mengenai mekanisme penerapan proposal tersebut.

Sebuah sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan Hamas ingin para mediator kembali dengan respons yang serius dari Israel. Jika hal itu terjadi, maka Hamas akan bertemu dengan mediator setelah sesi hari Kamis. 

Adapun, seorang pejabat yang diberi penjelasan mengenai proses perundingan mengatakan para mediator diperkirakan akan berkonsultasi dengan Hamas.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Hamas pada Rabu malam bersama dengan beberapa faksi yang lebih kecil, Hamas menegaskan kembali tuntutan luar biasa yang ingin dicapai oleh faksi-faksi tersebut dalam perjanjian gencatan senjata.

Kelompok tersebut mengatakan perundingan harus mengkaji mekanisme untuk menerapkan apa yang disepakati dalam kerangka kesepakatan yang diajukan oleh para mediator.

Hal tersebut mencakup gencatan senjata komprehensif, penarikan penuh pasukan Israel, menghentikan pengepungan, membuka penyeberangan dan rekonstruksi Gaza serta mencapai kesepakatan mengenai sandera/tahanan. Pernyataan tersebut menolak intervensi AS atau Israel apa pun dalam pembentukan situasi setelah perang di Gaza.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper