Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menuturkan bahwa pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh tidak membantu mencapai gencatan senjata dalam perang Israel di Gaza.
Mengutip Reuters pada Jumat (2/8/2024) terjadinya pembunuhan Haniyeh di Iran memicu ancaman pembalasan terhadap Israel. Hal ini berisiko eskalasi perang Timur Tengah yang lebih luas.
“Itu tidak membantu,” jelas Biden kepada Wartawan pada Kamis malam waktu setempat (1/8) kala ia ditanya apakah pembunuhan Haniyeh merusak peluang tercapainya kesepakatan gencatan senjata.
Adapun, Biden juga menuturkan bahwa ia telah melakukan percakapan langsung dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Kamis (1/8) sebelumnya.
Sebelumnya, Hamas dan Garda Revolusi Iran mengonfirmasi kematian Haniyeh, yang telah berpartisipasi dalam pembicaraan tidak langsung yang ditengahi internasional untuk mencapai gencatan senjata di Gaza.
Penduduk Gaza yang dikepung Israel kemudian merasa cemas karena pembunuhan Haniyeh pada Rabu (31/8) akan memperpanjang perang.
Baca Juga
Iran juga mengatakan bahwa pembunuhan tersebut terjadi beberapa jam setelah ia menghadiri upacara pelantikan presiden barunya.
Di lain sisi, sebelumnya Biden dan Netanyahu diketahui membahas pengerahan militer AS untuk mendukung keamanan Israel dalam menghadapi berbagai ancaman melalui panggilan telepon pada Kamis (1/8).
"Presiden membahas upaya untuk mendukung pertahanan Israel dalam menghadapi berbagai ancaman, termasuk rudal balistik dan pesawat nirawak, termasuk pengerahan militer defensif AS yang baru," jelas Gedung Putih.
Untuk menekankan komitmen AS terhadap pertahanan Israel, Biden menuturkan pentingnya upaya berkelanjutan untuk meredakan ketegangan yang lebih luas di kawasan tersebut.
Wakil Presiden AS Kamala Harris, yang sebelumnya juga menyampaikan keprihatinan serius mengenai situasi di Jalur Gaza pada Netanyahu, juga ikut bergabung dalam panggilan telepon tersebut.