Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Murka, PM Malaysia Labeli META sebagai "Budak Zionis"

META didesak untuk meminta maaf karena hapus konten PM Malaysia yang berkaitan dengan Ismail Haniyeh.
Perdama Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengumumkan susunan kabinet pada Jumat (2/12/2022) malam. JIBI/Bisnis- nancy Junita @anwaribrahim
Perdama Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengumumkan susunan kabinet pada Jumat (2/12/2022) malam. JIBI/Bisnis- nancy Junita @anwaribrahim

Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim murka terhadap kebijakan META yang menghapus kontennya soal Ismail Haniyeh.

Adapun Ismail Haniyeh adalah Pemimpin Hamas, yang meninggal dunia pada Rabu (31/7) akibat rudal Israel.

Anwar melabeli META sebagai "Budak Zionis" setelah unggahannya menghapus komentarnya mengenai pembunuhan Ismail Haniyeh.

Curhatan Anwar ini ditulis di Facebook, di mana dirinya menilai tindakan META ini sebagai bentuk penghinaan terhadap masyarakat Palestina.

"Biarlah ini menjadi pesan yang jelas dan tegas kepada META: hentikan tindakan pengecut ini dan berhentilah bertindak sebagai instrumen rezim Zionis Israel yang menindas!” kata perdana menteri, dan menerbitkan tangkapan layar pemberitahuan yang dia terima dari Instagram yang mengklaim bahwa postingan dan komentarnya melanggar pedoman komunitas aplikasi tersebut, dikutip dari Al Mayadeen, Kamis.

Melansir The Star, tiga unggahan yang dihapus oleh META yakni rasa duka atas pembunuhan Ismail Haniyeh. Kemudian unggahan lainnya yakni konten pertemuan Anwar dengan sang pemimpin Hamas.

Sejalan dengan itu, Departemen Media dan Komunikasi Strategis PM Malaysia mengatakan bahwa Tindakan terhadap Anwar Ibrahin ini adalah bentuk diskriminasi.

Pihaknya pun meminta META untuk meminta maaf karena dinilai telah merendahkan harga diri masyarakat Palestina.

Kemudian mengutip The Sun, Instagram menghapus konten tersebut karena merujuk pada “individu dan organisasi berbahaya”.

Pemberitahuan yang dibagikan dalam tangkapan layar di postingannya hari ini berbunyi, “Tampaknya Anda membagikan atau mengirimkan simbol, pujian, atau dukungan kepada orang dan organisasi yang kami anggap berbahaya, atau mengikuti mereka.”


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper