Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin menegaskan komitmennya untuk membela Israel jika adanya serangan balasan dari Iran atas pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.
Sejauh ini, Israel belum memberikan komentar atas pembunuhan Haniyeh. AS pun mengatakan tidak terlibat dalam pembunuhan itu dan tidak mengetahui hal itu sebelumnya.
Saat ditanyai bantuan yang akan AS berikan jika konflik kembali meletus di Timur Tengah akibat kematian Haniyeh, Austin mengatakan Washington akan tetap membela Israel jika negara itu diserang, tetapi prioritasnya adalah meredakan ketegangan.
"Kami tentu akan membantu membela Israel. Anda melihat kami melakukannya pada bulan April [ketika AS memimpin koalisi pasukan bersama dengan Israel, hampir sepenuhnya menggagalkan serangan Iran terhadap Israel dengan ratusan pesawat nirawak dan rudal]. Anda dapat berharap melihat kami melakukannya lagi," katanya, dilansir Times of Israel, pada Kamis (1/8/2024).
Dia mengatakan bahwa AS akan berkomitmen bekerja keras untuk memastikan melakukan berbagai hal untuk membantu meredakan ketegangan dan mengatasi masalah melalui pertemuan diplomatik.
Lebih lanjut, Austin berbicara dalam konferensi pers di Filipina, mengatakan dia tidak percaya perang yang lebih luas di Timur Tengah tidak dapat dihindari.
Baca Juga
Menurutnya, selalu ada ruang dan peluang untuk diplomasi sehingga perundingan perdamaian di Timur Tengah bisa dicapai.
"Apa yang telah kita lihat di sepanjang perbatasan, perbatasan utara, dengan Israel dari waktu ke waktu itulah yang menjadi perhatian kita," ujarnya.
Seperti diketahui, Hamas dan Garda Revolusi Iran sebelumnya dalam pernyataan terpisah melaporkan bahwa Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh telah tewas di Teheran, Iran, pada Rabu (31/7/2024).
Haniyeh dilaporkan terbunuh dalam serangan Israel di kediamannya di Teheran, setelah dia menghadiri upacara pelantikan Presiden Baru Iran, Masoud Pezeshkian, pada Selasa (30/7/2024).
Ismail Haniyeh merupakan politikus Palestina dan pemimpin Hamas yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Otoritas Palestina (PA) pada 2006-2007.
Haniyeh menjabat sebagai pemimpin pemerintahan de facto di Jalur Gaza pada 2007 sampai 2014. Kemudian dia dipilih untuk menggantikan Khaled Meshaal sebagai Kepala Biro Politik Hamas, pada 2017.