Bisnis.com, JAKARTA - Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei telah memerintahkan untuk melakukan serangan langsung ke Israel, sebagai balasan untuk pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.
Khamenei dan pejabat tinggi Iran lainnya telah bersumpah untuk memberikan tanggapan atas pembunuhan Pemimpin Hamas itu di Teheran.
Berdasarkan keterangan dari 3 orang pejabat Iran, termasuk 2 anggota Garda Revolusi Iran, Khamenei telah memberikan arahan tersebut pada pertemuan darurat Dewan Keamanan Nasional yang diadakan tidak lama setelah pembunuhan Haniyeh.
Dilansir Times of Israel, para pejabat mengatakan Khamenei telah memerintahkan para Komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran dan Angkatan Darat Iran untuk menyiapkan rencana serangan dan pertahanan, jika perang meluas dan Israel atau Amerika Serikat (AS) menyerang Iran.
Israel yang kini waspada terhadap kemungkinan serangan balasan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memperingatkan dalam pidatonya kepada warga Israel bahwa hari-hari yang penuh tantangan akan segera tiba.
Meski begitu, Netanyahu bersumpah bahwa negaranya telah siap untuk setiap skenario, dan akan menuntut harga yang sangat mahal untuk setiap agresi terhadap Israel.
Baca Juga
Adapun Khamenei sebelumnya menjamu Haniyeh, yang sedang mengunjungi Teheran untuk upacara pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian, dalam pertemuan pada Selasa (30/7/2024) beberapa jam sebelum Haniyeh dibunuh.
"Dengan tindakan ini, rezim Zionis kriminal dan teroris itu telah menyiapkan jalan hukuman berat bagi dirinya sendiri, dan kami menganggapnya sebagai kewajiban kami untuk membalas dendam atas darahnya sebagaimana ia telah menjadi martir di wilayah Republik Islam Iran," kata Khamenei.
Seperti diketahui, Hamas dan Garda Revolusi Iran sebelumnya dalam pernyataan terpisah melaporkan bahwa pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh telah tewas di Teheran, Iran, pada Rabu (31/7/2024).
Ismail Haniyeh merupakan politikus Palestina dan pemimpin Hamas yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Otoritas Palestina (PA) pada 2006-2007.
Haniyeh menjabat sebagai pemimpin pemerintahan de facto di Jalur Gaza pada 2007 sampai 2014. Kemudian dia dipilih untuk menggantikan Khaled Meshaal sebagai Kepala Biro Politik Hamas, pada 2017.