Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengaku khawatir dengan perkembangan ekonomi Indonesia karena nilai tukar rupiah terus melemah hingga Rp16.000an per dolar Amerika Serikat (AS).
Kekhawatiran Megawati itu disampaikan ketika menjadi pembicara utama dalam musyawarah kerja nasional (Mukernas) Partai Perindo di iNews Tower, Jakarta Pusat pada Selasa (30/7/2024).
"Kita tahu toh yang namanya dolar saja sekarang ditekan terus toh, padahal itu sudah mau Rp16 [ribu] sekian gitu kan, itu kan berarti nekannya itu kan sudah, BI-nya, itu sudah boleh dipikir mengkhawatirkan menurut saya," ujar Megawati.
Dia mengaku tahu betul dampak buruk pelemahan rupiah karena sempat merasa pada masa-masa jelang jatuhnya Orde Baru. Saat itu, lanjutnya, nilai tukar rupiah dari Rp2.000an per dolar AS terus melemah hingga Rp18.000an.
Presiden ke-5 ini menjelaskan, para pengusaha akan merasakan dampak langsung dari pelemahan nilai tukar rupiah. Terutama, sambungnya, ketika para pengusaha ingin membayar pinjaman modalnya.
"Makanya mengapa banyak pebisnis itu ketika mau bayar utang modal enggak bisa, dari Rp2000an naik begitu. Nah inikan harus ada pemantauan itu, Pak Hary [Tanoesoedibjo, ketua umum Perindo]. Harus ada diskusi," jelas Megawati.
Baca Juga
Tak hanya pelemahan nilai tukar rupiah ke dolar AS, dia juga mengingatkan soal utang negara yang terus membengkak. Padahal, Megawati mengklaim ketika menjadi presiden periode 2001-2004 sempat melunasi utang negara ke International Monetary Fund (IMF) alias Dana Moneter Internasional.
Sebagai informasi, berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (30/7/2024). Rupiah melemah 0,23% atau 38 poin ke level Rp16.319 per dolar AS bersama mata uang Asia lainnya.
Sementara itu, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat posisi utang pemerintah mencapai Rp8.338,43 triliun atau setara dengan 38,64% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada April 2024.