Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris mengkritik Donald Trump dalam rapat umum kampanye perdana sejak menggantikan Presiden Joe Biden sebagai kandidat presiden dari Partai Demokrat.
Harris dalam pidatonya selama 17 menit menyerang secara agresif, menyinggung kelemahan Trump dengan membandingkan latar belakangnya sebagai mantan jaksa dengan catatannya sebagai penjahat terpidana.
Ia juga menyebutkan berbagai prioritas liberal dan mengatakan bahwa jika terpilih, ia akan memperluas akses aborsi, mempermudah pekerja untuk bergabung dengan serikat pekerja, dan menangani kekerasan senjata. Pernyataannya ini sangat berbeda dengan calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump.
"Donald Trump ingin membawa negara kita mundur,” pungkasnya kepada ribuan orang yang bersorak di West Allis Central High School, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (24/7/2024).
Adapun lokasi tersebut berada di pinggiran kota Milwaukee di Wisconsin, negara bagian medan pertempuran yang berperan krusial dalam menentukan hasil pemilu.
"Apakah kita ingin hidup di negara yang bebas, penuh kasih sayang, dan hukum, atau negara yang penuh kekacauan, ketakutan, dan kebencian?" pungkas Kamala.
Baca Juga
Aksi tersebut berbeda dengan acara-acara yang lebih kecil dan lebih tenang yang diadakan Biden. Hal ini menggarisbawahi harapan Partai Demokrat untuk menghidupkan kembali kampanye.
Adapun, para penonton menari dan melambaikan tanda-tanda Harris, sementara teriakan "Ka-ma-la!" terdengar saat ia naik ke panggung.
Dalam jajak pendapat nasional Reuters/Ipsos yang dilakukan pada Senin dan Selasa (22-23 Juli 2024), Harris mengungguli Trump dengan perolehan suara 44% berbanding 42% di antara pemilih terdaftar, setelah Biden mengundurkan diri dan mendukung Wakil Presidennya.
Jajak pendapat Reuters/Ipsos minggu lalu menunjukkan Biden, sebelum ia mengakhiri kampanyenya, tertinggal dari Trump dengan selisih dua poin persentase.
Dalam konferensi dengan wartawan pada Selasa (23/7) Trump juga menyatakan keyakinannya atas kemampuannya untuk melawan Harris. Ia menawarkan diri untuk berdebat dengan Harris beberapa kali.
"Saya ingin berdebat dengannya, dan dia tidak akan berbeda karena mereka memiliki kebijakan yang sama," pungkas Trump.