Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Situasi di Bangladesh Masih Mencekam, Ini Pemicu Utamanya

Kondisi di Dhaka, Ibu Kota Bangladesh, masih mencekam sejak aksi protes mahasiswa pecah pada pekan lalu dan memicu respons penuh kekerasan dari militer.
Seorang demonstran memegang poster bertuliskan Gerakan Reformasi Kuota saat bergabung dalam aksi solidaritas dengan mahasiswa Bangladesh di Washington DC, Amerika Serikat, pada Jumat (19/7/2024)./Reuters Connect-Probal Rashid
Seorang demonstran memegang poster bertuliskan Gerakan Reformasi Kuota saat bergabung dalam aksi solidaritas dengan mahasiswa Bangladesh di Washington DC, Amerika Serikat, pada Jumat (19/7/2024)./Reuters Connect-Probal Rashid

Bisnis.com, JAKARTA — Kondisi di Dhaka, Ibu Kota Bangladesh, masih mencekam sejak aksi protes mahasiswa pecah pada pekan lalu dan memicu respons penuh kekerasan dari kelompok sipil dan militer setempat.

Dilansir Antara, aksi kekerasan untuk menghentikan demonstrasi mahasiswa di sejumlah universitas di Dhaka telah menyebabkan 75 orang tewas, hingga Sabtu (20/7/2024). 

Alhasil, Pemerintah Bangladesh memberlakukan jam malam di seluruh negeri dan mengerahkan pasukan untuk mengamankan berbagai wilayah. Jam malam diberlakukan sejak Jumat (19/7/2024) malam.

Selain itu, jaringan broadband dan internet seluler telah dihentikan di seluruh Bangladesh sejak Kamis (18/7/2024).

Seorang penduduk lokal dari luar Dhaka mengatakan kepada Anadolu melalui telepon bahwa situasi di ibu kota tidak menentu dan tegang dengan adanya laporan bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan.

"Pemerintah tampaknya tidak bisa mengendalikan situasi," kata warga lokal itu yang enggan disebutkan namanya.

Adapun, lebih dari dua ribu orang terluka dalam aksi kekerasan yang merebak di seluruh Bangladesh itu.

Di tengah kondisi itu, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI telah mengimbau komunitas warga negara Indonesia (WNI) untuk tetap waspada, menghindari kerumunan massa, mematuhi arahan dari otoritas setempat dan segera menghubungi hotline KBRI Dhaka jika menghadapi situasi darurat.

Berdasarkan data lapor diri, KBRI Dhaka mencatat terdapat 563 WNI yang menetap di Bangladesh. KBRI Dhaka pun memastikan kondisi WNI di Bangladesh masih aman.

"Hingga saat ini kondisi mereka tetap aman dan selamat," katanya, kepada awak media, pada Jumat (19/7/2024). 

Lantas, apa yang memicu aksi demonstrasi dan kekerasan di negara berpopulasi 170 juta jiwa itu?

TOLAK PUTUSAN PENGADILAN TINGGI

Dilansir Reuters, demonstrasi mahasiswa dimulai sejak Juni 2024 dan dipicu oleh putusan Pengadilan Tinggi Bangladesh yang menerapkan kembali sistem kuota untuk pekerjaan di pemerintahan atau setara pegawai negeri sipil (PNS) di Indonesia.

Kebijakan sistem kuota ini memberikan alokasi sekitar 30% dari 56% kuota PNS negara tersebut kepada putra dan cucu mereka yang berpartisipasi dalam perang pembebasan Bangladesh pada 1971.

Kebijakan ini sebenarnya telah dihapuskan oleh pemerintahan Perdana Menteri Sheikh Hasina pada 2018. Namun, putusan Pengadilan Tinggi Bangladesh akhirnya membatalkan keputusan pemerintah untuk menghapuskannya.

Oleh karena itu, Pemerintah Bangladesh mengajukan banding atas putusan Pengadilan Tinggi tersebut. Mahkamah Agung Bangladesh pun menangguhkan perintah Pengadilan Tinggi dan menetapkan tanggal 7 Agustus untuk mendengarkan keberatan pemerintah.

Di sisi lain, para mahasiswa dan para pengunjuk rasa terus melakukan aksi untuk menuntut negara berhenti menyisihkan kuota khusus 30% bagi keluarga pejuang perang kemerdekaan Pakistan. Apalagi, saat ini angka pengangguran di Bangladesh sangat tinggi dengan hampir satu perlima dari total populasi negara itu tidak sekolah atau tidak bekerja.

Reuters melaporkan, meski protes dipicu oleh kemarahan mahasiswa terhadap sistem kuota yang kontroversial, beberapa analis mengatakan bahwa kondisi ekonomi yang sulit, termasuk inflasi yang tinggi, meningkatnya pengangguran dan menipisnya cadangan devisa, menjadi pemicunya.

Bagi Perdana Menteri Sheikh Hasina, penghentian aktivitas masyarakat secara nasional akan mengganggu upaya pemerintah Bangladesh dalam mencari dukungan pendanaan dari kreditor dan IMF seiring dengan cadangan devisa yang semakin menipis.

Dalam keterangannya kepada masyarakat melalui pidato yang disiarkan melalui saluran televisi, Hasina meminta para mahasiswa bersama dan percaya kepada pengadilan yang tengah mengkaji kebijakan sistem kuota PNS itu.

Hasina juga berjanji untuk memberikan hukuman kepada para penjahat yang bertanggung jawab atas kekerasan tersebut. Dia juga mengatakan bahwa komite yudisial akan dibentuk untuk menyelidiki kasus tersebut.

Adapun, aksi demonstrasi ini menjadi tantangan pertama bagi pemerintahan Hasina sejak ia memenangkan masa jabatan keempat berturut-turut pada Januari 2024 dalam pemilu yang diboikot oleh oposisi utama.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper