Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 90 orang Palestina di sebuah zona kemanusiaan di Gaza pada Sabtu (13/7/2024).
Dilansir dari Reuters, serangan tersebut diklaim menargetkan kepala militer Hamas Mohammed Deif. Namun, belum diketahui apakah Deif tewas dalam serangan tersebut.
"Kami masih memeriksa dan memverifikasi hasil dari serangan tersebut," kata seorang pejabat militer Israel kepada para wartawan.
Sementara itu, dalam sebuah pernyataan, Hamas menuding klaim Israel bahwa mereka menargetkan para pemimpin kelompok tersebut adalah dusta dan bertujuan untuk membenarkan serangan tersebut, yang merupakan serangan Israel paling mematikan di Gaza dalam beberapa pekan terakhir.
Para pengungsi yang berlindung di daerah tersebut mengatakan bahwa tenda-tenda mereka roboh akibat serangan tersebut, dan menggambarkan mayat-mayat serta potongan tubuh yang berserakan di tanah.
"Saya bahkan tidak tahu di mana saya berada atau apa yang sedang terjadi," kata Sheikh Youssef, seorang penduduk Kota Gaza yang saat ini mengungsi di daerah Al-Mawasi.
Baca Juga
"Saya meninggalkan tenda dan melihat sekeliling, semua tenda roboh, potongan tubuh, mayat di mana-mana, wanita tua terlempar ke lantai, anak-anak kecil berkeping-keping," katanya kepada Reuters.
Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan sedikitnya 91 warga Palestina tewas dalam serangan tersebut dan 300 lainnya luka-luka, jumlah korban paling mematikan dalam beberapa minggu di daerah kantong yang dilanda konflik tersebut.
Al-Mawasi adalah daerah yang ditetapkan sebagai zona kemanusiaan. Tentara Israel telah berulang kali mendesak warga Palestina untuk pergi ke zona tersebut setelah mengeluarkan perintah evakuasi dari daerah-daerah lain.
Rekaman Reuters menunjukkan ambulans-ambulans berlomba menuju daerah tersebut di tengah kepulan asap dan debu. Para pengungsi, termasuk wanita dan anak-anak, melarikan diri dengan panik, beberapa di antaranya memegang barang-barang di tangan mereka.
Militer Israel menerbitkan sebuah foto udara dari lokasi tersebut, yang tidak dapat segera diverifikasi oleh Reuters, di mana dikatakan bahwa 'para teroris bersembunyi di antara warga sipil'.
"Lokasi serangan adalah sebuah area terbuka yang dikelilingi oleh pepohonan, beberapa bangunan, dan gudang," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.
Pejabat militer Israel mengatakan bahwa daerah itu bukanlah sebuah kompleks tenda, melainkan sebuah kompleks operasional yang dijalankan oleh Hamas dan bahwa beberapa militan berada di sana, menjaga Deif.
Banyak dari korban yang terluka dalam serangan tersebut, termasuk wanita dan anak-anak, dibawa ke Rumah Sakit Nasser di dekatnya, yang menurut para pejabat rumah sakit tersebut telah kewalahan dan tidak lagi dapat berfungsi karena intensitas serangan Israel serta kekurangan pasokan medis yang akut.
"Rumah sakit ini penuh dengan pasien, penuh dengan korban luka, kami tidak dapat menemukan tempat tidur untuk orang-orang," kata Atef al-Hout, Direktur Rumah Sakit Nasser.
Dia menambahkan bahwa rumah sakit tersebut adalah satu-satunya yang masih beroperasi di Gaza selatan.