Bisnis.com, JAKARTA - Pemadaman listrik melanda seluruh wilayah Ekuador menyebabkan negara dengan penduduk 18 juta jiwa tersebut kehilangan aliran listrik.
Menteri Energi Roberto Luque menyalahkan pemadaman besar-besaran pada Rabu (19/6/2024) pada insiden saluran transmisi di Ekuador selatan, yang memicu pemutusan bertingkat.
Luque juga menuturkan bahwa kejadian ini adalah pertama dalam 20 tahun terakhir. Hal ini juga mencerminkan krisis energi yang tengah dihadapi.
"[Pemadaman ini] menunjukkan betapa rapuhnya sistem kami dan mencerminkan krisis energi yang kami alami," terangnya kepada wartawan, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (20/6).
Menurut Pemerintah, pada pukul 19.00 waktu setempat, 95% layanan listrik telah pulih dan layanan penuh diperkirakan akan kembali pulih sebelum tengah malam waktu setempat.
Walikota Quito, Pabel Muñoz, juga menuturkan bahwa kereta bawah tanah ibu kota yang baru saja diresmikan, yang memiliki pasokan listrik cadangan independen, juga berhenti beroperasi.
Baca Juga
Terakhir kali Ekuador mengalami serangkaian pemadaman bergilir pada awal 2024 di tengah kekeringan yang parah.
Hujan lebat yang terjadi dalam beberapa hari terakhir juga memaksa pemutusan pembangkit listrik tenaga air terbesar di negara tersebut karena risiko erosi.
Adapun, hujan lebat tersebut juga menyebabkan operator pipa swasta Oleoducto de Crudos Pesados Ecuador SA menutup jalur pipanya dan menyatakan keadaan kahar (force majeure).
Luque berpendapat bahwa dengan investasi dan pemeliharaan jalur transmisi yang tepat, insiden ini seharusnya dapat dihindari.
Tambahnya, rencana untuk mencegah pemadaman total telah dipersiapkan dua dekade yang lalu setelah pemadaman sebelumnya dan tidak pernah diimplementasikan.