Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Elite PKS Beda Suara, Mau Oposisi atau Gabung Koalisi Prabowo-Gibran?

Elite PKS berbeda suara terkait masa depan partai mereka di pemerintahan Prabowo-Gibran.
Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera Mardani Ali Sera di Jakarta, Jumat (13/3/2020).  JIBI/Bisnis- Samdysara Saragihn
Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera Mardani Ali Sera di Jakarta, Jumat (13/3/2020). JIBI/Bisnis- Samdysara Saragihn

Bisnis.com, JAKARTA - Elite Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berbeda pandangan terkait sikap politik partai terhadap pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera, misalnya, menegaskan pihaknya akan menjadi oposisi. Sikap itu dipicu oleh pernyataan Partai Gelora yang menolak PKS bergabung ke ke pemerintahan presiden terpilih periode 2024-2029 Prabowo Subianto.

Mardani menegaskan PKS dengan Partai Gelora punya perbedaan pandangan. Oleh sebab itu, Gelora tidak perlu khawatir dengan posisi PKS di pemerintahan Prabowo ke depan.

"Proposalnya kita sama Mas Anis [Anis Matta, Ketua Umum Partai Gelora] beda dan visinya beda. Kalau saya oposisi, sehat kok, sekalian kita jaga pemerintah biar betul-betul bekerja untuk rakyat," jelas Mardani dalam keterangan videonya, Senin (29/4/2024).

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PKS Aboe Bakar Al Habsyi berharap partainya didatangi Prabowo untuk diajak bergabung ke koalisi pemerintahan mendatang, tidak hanya Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Nasdem.

"Permasalahannya adalah kita ingin kebersamaan setelah Nasdem dan PKB didatangi, mungkin juga PKS pasti akan didatangi, kita berharap gitu toh," kata Aboe seperti dikutip dari Antara, Sabtu (27/4/2024).

Menurut dia, internal partai akan memutuskan sikap PKS akan berada di dalam atau luar lingkaran pemerintah. Selain keputusan internal, PKS juga berharap rencana itu disambut baik pemilik koalisi besar, yakni Prabowo.

Sindiran Gelora

Meski demikian, Sekretaris Jenderal Partai Gelora Mahfuz Sidik mengatakan apabila PKS menjadi bagian dari pendukung Prabowo maka akan menjadi sinyal pembelahan antara partai dengan massa ideologisnya.

"Jika sekarang PKS mau merapat karena alasan proses politik sudah selesai, apa segampang itu PKS bermain narasi ideologisnya? Apa kata pendukung fanatiknya? Sepertinya ada pembelahan sikap antara elite PKS dan massa pendukungnya," kata Mahfuz Sidik dalam keterangannya, Sabtu (27/4/2024).

Apalagi, dia berpendapat selama masa kampanye Pilpres 2024, PKS melakukan serangan negatif secara masif kepada Prabowo-Gibran, terkhusus kepada Gibran Rakabuming yang merupakan putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper