Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin menanggapi kondisi konflik di Timur Tengah yang semakin memanas usai Iran meluncurkan serangannya ke wilayah pendudukan Israel.
Pemerintahan Putin menyatakan bahwa Rusia prihatin dengan situasi yang terjadi di Timur Tengah saat ini.
Juru Bicara Kepresidenan, Dmitry Peskov, menyerukan semua pihak untuk menahan diri agar tak terjadi eskalasi yang lebih memprihatinkan lagi dan mendukung perselisihan dapat diselesaikan tak hanya lewat jalur politik, melainkan juga jalur diplomasi.
“Kami sangat prihatin dengan meningkatnya ketegangan di kawasan ini. Oleh karena itu, tentu saja, kami mendukung semua perselisihan diselesaikan secara politik dan secara diplomatis,” katanya dikutip dari TASS, Senin (15/4/2024)
Sebagaimana diketahui, pada malam 13 April 2024, Iran meluncurkan drone dan rudal ke arah Israel sebagai tanggapan atas apa yang disebutnya sebagai "kejahatan berulang" dari Tel Aviv, termasuk serangan terhadap kantor konsuler Kedutaan Besar Iran di Damaskus yang dianggap dilakukan oleh Israel.
Teheran mengatakan fasilitas militer di Israel menjadi sasarannya. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim mereka mencegat 99% dari hampir 350 proyektil yang diluncurkan ke Israel.
Baca Juga
Israel pun melaporkan bahwa tidak ada korban jiwa atau cedera serius atas serangan ini, hanya terdapat kerusakan kecil yang terjadi di Pangkalan Udara Nevatim.
Sementara itu, Iran membeberkan alasan kuat melancarkan serangan 300 rudal dan drone ke Israel pada Sabtu (13/4/2034) lalu.
Serangan itu disebut sebagai aksi 'bela diri' setelah Israel melakukan serangan udara di Suriah, Damaskus pada awal April 2024.
Hal ini diungkapkan langsung oleh Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeid Irawani melalui surat yang dikirimkan kepada Sekjen PBB, Antonio Guterres.
Dalam surat tersebut, Iran menyebutkan alasan pihaknya melakukan serangkaian serangan militer ke Israel yang dikarenakan serangan bersenjata rezim Israel terhadap lokasi diplomatik Republik Islam Iran di Damaskus, Republik Arab Suriah, yang menyebabkan matinya 7 penasihat militer senior Iran.
"Tindakan ini merupakan bentuk pelaksanaan hak yang melekat pada Iran untuk membela diri sebagaimana diuraikan dalam Pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa," tulis Irawani, dikutip Senin (15/4/2024).
Serangan tersebut juga merupakan respons terhadap agresi militer Israel yang berulang, khususnya serangan bersenjata pada tanggal 1 April 2024 terhadap lokasi diplomatik Iran yang bertentangan dengan Pasal 2 (4) dalam Piagam PBB.
Melalui surat tersebut, Iran menegaskan kembali pendiriannya yang konsisten bahwa Iran tidak berupaya melakukan eskalasi atau konflik di kawasan, sekaligus memperingatkan mengenai provokasi militer lebih lanjut yang dilakukan oleh rezim Israel.
"Republik Islam Iran menegaskan kembali tekadnya yang tak tergoyahkan untuk membela rakyatnya, keamanan dan kepentingan nasionalnya, kedaulatan, dan integritas wilayahnya dari ancaman atau tindakan agresi apa pun dan untuk menanggapi ancaman tersebut atau agresi dengan penuh semangat dan sesuai dengan hukum internasional," tuturnya.
Lebih lanjut, Republik Islam Iran disebut tidak akan ragu menggunakan hak untuk membela diri jika diperlukan. Terlebih, apabila rezim Israel kembali melakukan agresi militer, Iran menjamin akan lebih kuat dan tegas meresponsnya.