Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fakta Seputar Tanding Ulang Trump vs Joe di Pilpres AS

Biden dan Trump memiliki tanggung jawab yang besar dalam pertandingan ulang pemilihan presiden AS yang pertama dalam hampir 70 tahun.
Mantan Presiden AS Donald Trump dalam kampanye di Coralville, Iowa, Amerika Serikat pada Rabu (13/12/2023). Trump kembali maju dalam gelaran Pilpres 2024 AS, menghadapi petahana Joe Biden. - Bloomberg/Christian Monterrosa
Mantan Presiden AS Donald Trump dalam kampanye di Coralville, Iowa, Amerika Serikat pada Rabu (13/12/2023). Trump kembali maju dalam gelaran Pilpres 2024 AS, menghadapi petahana Joe Biden. - Bloomberg/Christian Monterrosa

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden petahana Joe Biden dan mantan Presiden Donald Trump telah memperoleh nominasi dari masing-masing partai untuk memperebutkan suara masyarakat dalam pemilihan presiden alias Pilpres Amerika Serikat (AS).

Biden dan Trump memiliki tanggung jawab yang besar dalam pertandingan ulang pemilihan presiden AS yang pertama dalam hampir 70 tahun. Kendati demikian, dua seteru itu masing-masing memiliki perhatian yang berbeda. 

Biden adalah presiden petahana. Pada Pemilu 2020 lalu, Biden berhasil mengalahkan Trump. Namun demikian, pada Pemilu 2024 Biden menghadapi tantangan salah satunya adalah kekhawatiran karena usianya dan kepercayaan publik terhadap Demokrat yang menurun.

Di sisi lain, Trump sedang dalam kondisi di atas angin. Tingkat kesukaan publik AS lebih baik dibandingkan dengan Biden. Sebagai calon penantang, Trump juga diuntungkan karena bisa mengkritisi kebijakan Biden. 

Berikut beberapa perbedaan antara Biden dan Trump:

Aborsi vs Imigrasi

Terdapat dua hal yang menjadi perdebatan baik dari sisi Trump maupun Biden di kalangan dua belah pihak. 

Tim kampanye Biden akan berusaha meyakinkan bahwa Trump bertanggung jawab atas aborsi yang menjadi ilegal, atau sangat dibatasi di banyak negara bagian. 

Mahkamah Agung AS dengan bantuan tiga hakim yang ditunjuk Trump, membatalkan preseden yang telah berlaku selama 50 tahun yang memberikan perlindungan konstitusional terhadap hak aborsi. 

Partai Demokrat kemudian mendapatkan banyak dukungan terhadap isu tersebut dan menghasilkan hasil yang lebih baik dari perkiraan di kotak suara. 

“Aborsi ternyata menjadi isu yang jauh lebih kuat daripada yang diperkirakan banyak orang,” jelas  penulis dan analis Partai Demokrat yang mengelola kampanye kepresidenan Michael Dukakis pada tahun 1988, Susan Estrich, dikutip dari BBC International, Jumat (15/3).

Di lain sisi, para pemilih juga melihat permasalahan hukum yang dialami Trump dapat menjadi faktor penyebab pemilihan presiden ini, menimbang calon dari Partai Republik tersebut menghadapi 91 dakwaan dan empat persidangan pidana. 

Kemudian, Trump dan kelompok konservatif juga dapat menyerang sisi Biden dengan mengangkat permasalahan mengenai imigrasi. 

Penyeberangan perbatasan mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada Desember 2023, dengan 249.785 penangkapan di perbatasan Meksiko. Angka tersebut naik 31% dari November 2023, dan naik 13% dari Desember 2022, yang merupakan rekor sebelumnya.

Kedatangan besar para migran tanpa dokumen dan pencari suaka seringkali menyebabkan fasilitas pemrosesan pemerintah kewalahan dan mengganggu program-program layanan sosial di kota-kota besar yang berjarak ribuan mil.

Isu migran sendiri merupakan kelemahan dari Biden dan perpecahan di kalangan Demokrat. Upaya untuk mengatasi permasalahan ini tidak berhasil, lantaran Trump telah menekan Partai Republik untuk memblokir undang-undang kompromi hingga pemilu selesai. 

“Pemerintahan Biden telah kehilangan argumen mengenai keselamatan dan keamanan di perbatasan selatan kami,” jelas sekretaris pers pertama Trump dan sebelumnya bekerja untuk Komite Nasional Partai Republik, Sean Spicer, yang juga mengatakan bahwa hal ini sudah berakhir. 

Permasalahan Usia

Para pemilih juga mengkhawatirkan usia Biden yang saat ini berusia 81 tahun, serta Trump juga telah berusia 77 tahun. Menimbang usia dari kedua kandidat tersebut, masalah kesehatan dan kebugaran juga menjadi pertanyaan. 

Adapun, sebagai catatan, Joe Biden saat ini memegang rekor dengan berusia 78 tahun saat dilantik pada 2021. Jika Biden menang, maka ia akan kembali mencatatkan rekor tersebut. 

Trump seringkali juga meremehkan Biden lantaran usia dan ingatannya, bahkan ketika ia menghadapi pertanyaan mengenai ketajaman mentalnya sendiri.

Persaingan Sengit

Survei Reuters/Ipsos yang dihelat secara online, telah mengumpulkan tanggapan secara nasional dari 4.094 orang dewasa AS, termasuk 3.356 pemilih terdaftar. Margin kesalahannya sebesar 1,8% untuk pemilih terdaftar dan 1,7% untuk seluruh responden.

Dari hasil survei tersebut, Joe Biden unggul tipis 1 poin persentase dari Donald Trump, karena masing-masing kandidat memperoleh dukungan yang cukup dari partainya untuk tampil dalam pemungutan suara.

Sekitar 39% pemilih terdaftar dalam jajak pendapat satu minggu yang ditutup Rabu (13/3) mengatakan akan memilih Biden dari Demokrat jika pemilu diadakan saat ini. Sedangkan, sebanyak 38% memilih Trump dari Republik. Keunggulan Biden berada dalam margin kesalahan survei sebesar 1,8 poin persentase.

Kemudian, banyak pemilih yang masih ragu-ragu. Sebanyak 11% mengatakan mereka akan memilih kandidat lain, 5% tidak memilih, 7% tidak tahu atau menolak menjawab. 

Trump unggul tipis di antara semua responden, namun keunggulan Biden di antara pemilih terdaftar cukup signifikan karena orang-orang yang sudah terdaftar sebagai pemilih kemungkinan besar akan melakukan hal yang sama pada bulan November 2024 nanti. 

Sebagai pembanding, hanya dua pertiga dari pemilih yang memenuhi syarat hadir dalam pemilihan presiden tahun 2020 di mana Biden mengalahkan Trump. 

Walaupun dari survei keduanya menunjukan persaingan yang sengit, nyatanya mayoritas warga AS merasa tidak puas dengan dua pilihan partai besar tersebut. 

Diketahui bahwa Robert Kennedy Jr, aktivis anti-vaksin, sudah mencalonkan diri walaupun hanya di satu negara bagian. Kelompok Tanpa Label, yang mendapat dukungan dari sejumlah donor dana jumbo, mungkin akan mengajukan kandidatnya sendiri. 

Jadi Kampanye Termahal

Tak hanya itu, pemilu 2024 juga diperkirakan akan menjadi salah satu pemilu termahal yang pernah tercatat. Dalam sejarah AS baru-baru ini, belum pernah ada kampanye dengan kandidat yang sudah begitu lama menjadi sorotan publik dan tingkat dukungan yang rendah. 

Adapun, Hal ini akan mengharuskan mereka mengeluarkan miliaran dolar untuk membujuk para pemilih agar memberikan suara mereka.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper