Bisnis.com, JAKARTA - Founder dan Chairman Foreign Policy, Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal menuturkan bahwa dunia kini memandang calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto sebagai presiden geopolitik.
Hal ini menimbang bahwa dalam sembilan tahun terakhir Indonesia dipandang tidak ikut serta dalam geopolitik. Hal inilah yang membuat aspek globalisasi menjadi kuat, sama seperti aspek ekonomi, transaksional dan lainnya.
“Itu memang luar biasa. Tapi pandangan [dunia] adalah kita tidak bergeopolitik. Sementara Prabowo diharapkan akan lebih menjadi geopolitical president. Sesuai dengan keahlian, skill, dan wawasan-wawasan beliau,” terangnya ketika ditemui di Sekretariat FPCI Jakarta, Rabu (28/2/2024).
Namun menimbang hal ini, Dino berpendapat bahwa Prabowo dituntut untuk mahir bernavigasi atau bersiasat antara kekuatan-kekuatan besar.
Menurutnya, pihak Amerika, China dan Rusia akan mencoba ‘menarik’ Prabowo agar lebih dekat sehingga akan mendapatkan tarikan dari mana-mana.
“Tapi yang penting kita harus punya strategi dari awal. Kalau tidak [akan] terlindas, dan kita jadi reaktif saja kerjanya nanti,” tuturnya.
Adapun, ketika Dino berkunjung ke luar negeri, banyak pertanyaan yang dilontarkan mengenai konsep politik luar negeri Prabowo yang mungkin akan dilakukan ketika resmi menjadi presiden.
Oleh sebab itu, menurutnya dalam enam bulan pertama antara Oktober 2024 hingga Mei-Juni 2024, tim Prabowo perlu merumuskan konsepnya politik luar negerinya menimbang adanya momen seperti KTT Asean, Apec, G20 dan lain sebagainya.
“Itu jadi kesempatan bagi beliau untuk menyampaikan konsep politik luar negeri,” terang Dino.