Bisnis.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengungkapkan bahwa sosok yang terlalu dielu-elukan oleh masyarakat, bisa menjadi manipulatif karena kekuasaan.
Hasto menuturkan bahwa dua periode pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjukkan kekuasaan yang terpusat bisa berimplikasi kepada berbagai bentuk manipulasi. Menurutnya, berada di luar pemerintahan menjadi tugas patriotik seperti yang pernah dilakukan PDIP selama pemerintahan Presiden SBY.
Dia menduga ada manipulasi yang terjadi pada Pemilu 2024 ini. Hasto melihat banyak pemilih di luar negeri tidak bisa mencoblos hanya karena faktor teknis administratif.
“Kecurangan dari hulu ke hilir memang benar terjadi. Hanya saja kita berhadapan dengan dua hal. Pertama, pihak yang ingin menjadikan demokrasi ini sebagai kedaulatan rakyat tanpa intervensi manapun. Kemudian, pihak yang karena ambisi kekuasaan dan ini diawali dari rekayasa hukum di Mahkamah Konstitusi,” jelasnya.
Kini PDIP siap menjadi oposisi atau partai politik di luar pemerintahan untuk menjalankan tugas check and balance.
“Ketika PDI Perjuangan berada di luar pemerintahan tahun 2004 dan 2009, kami banyak diapresiasi karena peran serta meningkatkan kualitas demokrasi,” kata Hasto dalam acara Satu Meja di Kompas TV, Rabu (14/2/2024), dikutip dari rilis medianya.
Baca Juga
Dia mencontohkan peran check and balance yang pernah digagas PDIP ketika jadi oposisi, seperti dugaan manipulasi Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada Pemilu 2009. Saat itu, DPR membentuk hak angket.
Dengan demikian, Hasto mengklaim PDIP akan terus berjuang sebab partai politik punya kewajiban untuk menyampaikan apa yang terjadi kepada rakyat.
Tak hanya itu, sambungnya, PDIP akan menggandeng gerakan masyarakat sipil prodemokrasi yang saat ini menurut Hasto jumlahnya lebih banyak dibanding pada Pemilu 2009.
“Polanya mirip, apalagi kalau dilihat begitu kaget dengan hasil quick count dengan apa yang terjadi dalam dua bulan ini karena terjadi gap, kami akan analisis,” tambahnya.
Sebagai informasi, pasangan calon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka masih unggul dalam perolehan suara sementara hasil real count Pilpres 2024 yang dirilis Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Berdasarkan data hasil real count KPU, Kamis (15/2/2024), pukul 05.00 WIB, tercatat data yang masuk baru sebesar 38,77%. Data suara yang masuk itu dihimpun dari 319.061 tempat pemungutan suara (TPS) dari 823.236 TPS yang ada.
Hasil real count Pilpres 2024 KPU itu menunjukkan paslon nomor urut 2 itu unggul sementara dengan perolehan suara mencapai 11.464.539 suara atau setara 55,97%.
Paslon Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar menyusul di posisi kedua dalam hasil real count Pilpres 2024 KPU dengan perolehan 24,55% suara. Capres dan cawapres nomor urut 1 ini mendapatkan 5.028.876 suara.
Kemudian, paslon nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud Md berada di posisi terakhir berdasarkan hasil real count Pilpres 2024 KPU. Paslon ini meraih 19,48% suara atau 3.990.837 suara.