Bisnis.com, JAKARTA – Sastrawan kawakan Goenawan Mohamad menanggapi fenomena akademisi dari berbagai perguruan tinggi yang mengkritik manuver politik Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurutnya, hal tersebut belum pernah terjadi sebelumnya dan mencerminkan kegawatan situasi demokrasi di Indonesia saat ini, beberapa hari menjelang berlangsungnya Pemilu 2024.
“Bahwa sekarang muncul dari universitas suara-suara memprotes, yang belum pernah terjadi. Itu suatu tanda bahwa kemerdekaan tidak pernah mati sendirian. Kalau dia mati, yang lain ikut mati,” katanya usai penyampaian maklumat Komunitas Utan Kayu di kawasan Matraman, Jakarta Timur, Jumat (9/2/2024).
Pendiri Majalah Tempo itu menilai bahwa suara-suara tersebut harus dipertahankan dan menjadi pelajaran masyarakat, terlepas dari siapa yang akan memenangkan Pilpres 2024.
Goenawan berpendapat, dari tindakan yang dicontohkan para akademisi tersebut, maka rakyat dapat mendorong perbaikan institusi negara yang dinilainya telah rusak di era Jokowi.
“Jokowi itu, saya [dulu] pendukung dia yang setia, [kini] merusak Mahkamah Konstitusi, terus KPU dan KPK. Akibatnya nanti kita akan punya negara yang tidak ada aturan yang tidak berat sebelah, dan itu berbahaya sekali,” lanjutnya.
Baca Juga
Dirinya menilai, pengaruh Jokowi dalam putusan MK No. 90/PUU-XXI/2023 yang dinilai meloloskan sang putra Gibran Rakabuming Raka menuju kontestasi Pilpres 2024 ibarat wasit yang ikut bermain dan berpihak pada satu sisi dalam suatu pertandingan sepak bola.
Diberitakan sebelumnya, Goenawan Mohamad beserta sejumlah tokoh yang tergabung dalam Komunitas Utan Kayu memberikan maklumat kepada Presiden Jokowi menjelang hari-H Pemilu 2024.
Goenawan cs menyoroti berbagai manuver politik yang dilakukan Jokowi, utamanya yang berkaitan dengan politik dinasti. Penyebab utamanya adalah penunjukan kedua anak Jokowi, yakni Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres dalam Pemilu 2024 dan Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum PSI.
“Kami mendesak Anda berhenti terlibat dalam upaya lancung memenangkan calon presiden dan calon wakil presiden, serta partai politik yang diisi oleh putra-putra Anda. Sebagai pembantu Anda di kabinet, kami yakini sebagian orang-orang berintegritas tinggi. Mereka memegang kuat etika profesi, Anda tidak bisa terus mencundangi mereka,” ujar budayawan Ayu Utami saat membacakan bagian akhir maklumat tersebut.