Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ganjar Singgung Demokrasi Melupakan Sejarah dan Otoriter, Sindir Jokowi?

Ganjar Pranowo singgung pihak-pihak tertentu telah melupakan sejarah hingga buat demokrasi tak sesuai nilai.
Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo menyampaikan pandangannya saat debat kelima Pilpres 2024 di Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Minggu (4/2/2024). Debat kali ini bertemakan kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo menyampaikan pandangannya saat debat kelima Pilpres 2024 di Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Minggu (4/2/2024). Debat kali ini bertemakan kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, JAKARTA - Ganjar Pranowo mengingatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tentang keadaan demokrasi saat ini jelang Pilpres 2024.

Menurut Ganjar, peringatan-peringatan yang datang dari berbagai pihak dan salah satunya kampus adalah bentuk keprihatinan.

"Peringatan satu, dua, tiga nggak didengarkan. Kampus bicara, tokoh agama bicara, semua bicara. Maka ini sebenarnya gejala yang nampak bahwa demokrasi tidak baik-baik saja," ucap Ganjar saat hadir sebagai narasumber di podcast Abraham Samad, Kamis (8/2/2024).

Calon presiden (capres) nomor urut 03 itu kemudian menyinggung mengenai langkah politik Jokowi yang terlihat tak sesuai dengan nilai yang berlaku.

"Dia tidak sedang berjalan dengan nilai-nilanya. Karena tidak sejalan dengan nilai, maka yang merasa punya nilai dan melihat ini sedang berjalan di dalam aturan yang keliru, dia berbicara," lanjutnya.

Adanya peringatan masif yang dilontarkan oleh civitas akademika hingga tokoh publik itu, menurut Ganjar, mestinya didengarkan.

Dirinya kemudian menyindir pihak-pihak yang telah mati rasa dan melupakan sejarah.

"Kalau orang melihat ini sesuatu yang biasa, dia telah mati rasa, dia tidak pernah belajar sejarah, dia sedang mengambil sebuah risiko besar dan ini pertaruhan yang cukup mahal,"

Kemudian perlawanan yang muncul dari berbagai pihak untuk membuat demokrasi berjalan dengan baik lagi ini pun seperti yang terjadi pada 1998.

Saat itu, masyarakat ingin demokrasi ditegakkan dengan menghilangkan kekuasaan yang otoriter, KKN dihapuskan, dan pemerintahan yang bersih.

Ganjar soal Sindir Jokowi

Pada kesempatan yang sama, Ganjar juga menyinggung mengenai keputusannya mengutip pernyataan Jokowi untuk jangan memilih pemimpin dengan pelanggar HAM.

Ia mengklarifikasi bahwa apa yang diucapkannya saat itu adalah sebagai bentuk pengingat agar sang presiden bisa konsisten.

"Apakah pernyataannya ini bisa dicabut? konsisten, saya ingatkan," katanya kepada Abraham Samad.

Menurutnya, kalimat tersebut adalah pengingat keras yang ditujukan kepada publik untuk melihat lagi sejarah yang peristiwanya tidak akan berubah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper