Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa konflik Israel-Palestina sebagai akibat dari kebijakan Amerika Serikat (AS) yang mengakibatkan perpecahan di tingkat regional.
Dia menegaskan bahwa AS yang akan mengakhiri semua perpecahan di Timur Tengah dan memikul semua tanggung jawab.
"Hasilnya sudah jelas. Ini hanyalah contoh lain dari situasi ketika kepemimpinan AS mengakibatkan sebuah tragedi," katanya saat konferensi pers di Markas Besar PBB di New York, Kamis (25/1/2024).
Lavrov mengatakan bahwa tidak ada satupun upaya yang dilakukan AS untuk memperbaiki keadaan negara yang telah diserang. Beberapa negara sebenarnya sudah tidak ada lagi, seperti Libya telah hancur total.
"Sejauh ini menyangkut Irak, ya, semua orang masih ingat tindakan AS yang memalukan. Upaya untuk membenarkan agresi ini, ternyata gagal total,” ujarnya.
Melansir TASS, menurutnya setelah invasi AS, organisasi teroris kemudian terus bermunculan di negara-negara tertentu di Timur Tengah.
Baca Juga
Kemudian, dia menyatakan bahwa Rusia bersikeras melakukan langkah-langkah yang jelas untuk pembentukan negara Palestina, untuk mencapai solusi jangka panjang terhadap konflik tersebut.
Sementara itu, Lavrov mengatakan bahwa sejauh ini tingkat hubungan antara Rusia dan AS saat ini rendah, karena kedua pihak hampir tidak ada kontak.
“Tingkatnya rendah dan titik terendah telah tercapai. Hampir tidak ada kontak kecuali operasi misi diplomatik kami di AS dan pekerjaan diplomat mereka di Rusia,” ucapnya.
Saat ditanyai tentang kemungkinan pemutusan hubungan dengan AS, Lavrov menekankan bahwa hubungan tersebut hampir tidak ada.