Bisnis.com, JAKARTA – Calon Presiden (Capres) nomor urut 1 Anies Baswedan menegaskan bahwa peretasan dan serangan siber (cyber attack) menjadi ancaman yang harus difokuskan oleh pemerintah selanjutnya.
Menurutnya, di kepemimpinan sebelumnya ancaman siber tak menjadi prioritas yang ingin dibenahi sehingga serangan-serangan di ranah maya seringkali terjadi yang tidak hanya menyerang masyarakat, tetapi juga lembaga di tingkat pemerintah.
“Jadi selama 5 tahun ini apa yang dikerjakan dalam mempertahankan sistem siber kita,” ujarnya di Istora Senayan, Minggu (7/1/2023).
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu melanjutkan bahwa saat ini perlu dibangun satu struktur pertahanan siber yang serius.
Menurutnya, selama ini tidak cukup untuk memberikan tugas pada sekelompok pihak. Oleh sebab itu, dia pun memberikan tiga langkah yang dapat dikejar dalam pemerintahan selanjutnya.
Pertama, Anies menilai perlu untuk membangun suatu sistem yang komprehensif yang melibatkan seluruh lembaga termasuk komponen masyarakat dalam memerangi serangan siber.
Baca Juga
Kedua, dia meyakini diperlukan adanya pengadaan teknologi terbaru dan ketiga adalah mekanisme untuk merespon balik apabila terjadi kondisi serangan sehingga ada kecepatan untuk memulihkan data yang diserang, yakni dibutuhkan kecepatan untuk pemulihan sistem (system recovery) yang andal.
Di sisi lain, dia menyayangkan bahwa saat ini sebanyak Rp700 triliun justru difokuskan untuk digunakan membeli alat utama sistem senjata (alutsista). Bahkan, alat-alat yang dibeli menurut Anies adalah alusista bekas.
Tidak hanya itu, Anies juga menyoroti bahwa anggaran Kemenhan terlalu berfokus terhadap pengadaan lumbung pangan (food estate) singkong yang merusak lingkungan dan dinilai tidak menghasilkan.
“Oleh karena itu menurut kami investasi jangka panjang boleh dan memang akan dirasakan 5—10 tahun yang akan datang. Pertanyaan hari ini apa? Kemarin apa? Dan itu yang menjadi fokus kami, siapkan sistemnya segera siapkan orangnya, segera siapkan langkahnya,” pungkas Anies.