Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemilu Serbia Kisruh, Aparat Tahan 38 Demonstran

Protes hasil Pemilu Serbia berujung penahanan 38 peserta demonstrasi, namun aksi protes terindikasi masih akan berlanjut.
Papan reklame pemilu yang menampilkan Aleksandar Vucic, Presiden Serbia, bersama anggota Partai Progresif Serbia (SNS) di Beograd, Serbia, pada Rabu (13/12/2023). - Bloomberg/Oliver Bunic
Papan reklame pemilu yang menampilkan Aleksandar Vucic, Presiden Serbia, bersama anggota Partai Progresif Serbia (SNS) di Beograd, Serbia, pada Rabu (13/12/2023). - Bloomberg/Oliver Bunic

Bisnis.com, JAKARTA – Delapan polisi terluka dan 38 orang ditahan akibat unjuk rasa kelompok oposisi di Serbia, Senin (25/12/2023) waktu setempat. Demonstrasi ini merupakan bentuk protes terhadap hasil Pemilu.

Ribuan orang berkumpul di pusat kota Beograd pada Minggu (24/12) untuk menuntut pembatalan hasil pemilihan parlemen dan pemilihan pimpinan lokal sepekan sebelumnya.

Para pengunjuk rasa memecahkan jendela dan kaca di pintu masuk utama balai kota, sebelum polisi menggunakan semprotan merica untuk membubarkan mereka sekitar pukul 10 malam waktu setempat.

Ivica Ivkovic, kepala administrasi kepolisian setempat, mengatakan bahwa dua dari delapan polisi yang menjadi korban kericuhan menderita luka serius.

“Kami akan terus berupaya menjaga perdamaian dan ketertiban, dan kami memperkirakan akan melihat lebih banyak penangkapan sehubungan dengan protes tadi malam,” terangnya, dilansir dari Reuters Senin (25/12/).

Di sisi lain, partai oposisi menuduh polisi melakukan kekerasan yang berlebihan, dan beredar beberapa video di jejaring sosial yang menayangkan rekaman polisi memukuli seseorang di jalanan dekat balai kota.

Secara terpisah, Perdana Menteri Ana Brnabic berterima kasih kepada intelijen Rusia karena telah memberikan informasi mengenai rencana kegiatan oposisi.

“[Pernyataan saya] ini tidak akan populer di Barat,” kata Brnabic, politikus Partai Progresif Serbia (SNS), dalam sebuah acara TV.

Sebagai informasi, Serbia telah menolak tekanan negara-negara Barat untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia.

Rusia telah menjadi salah satu sekutu terdekat Serbia selama beberapa dekade, terutama setelah tahun 1999. Saat itu, Rusia menentang serangan udara NATO terhadap Yugoslavia yang terdiri dari Serbia dan Montenegro.

Sejumlah pihak pada pekan lalu mengatakan bahwa SNS memperoleh keuntungan yang tidak adil dalam Pemilu kali ini melalui bias media, "pengaruh buruk" dari Presiden Aleksandar Vucic, serta kecurangan pemilu seperti jual beli suara.

Oposisi yang dipimpin oleh aliansi Serbia Against Violence mengatakan bahwa protes akan berlanjut, dan para pelajar berencana untuk memblokir akses lalu lintas.

Berdasarkan hasil awal Komisi Pemilihan Negara Bagian, Partai Progresif Serbia (SNS) yang saat ini berkuasa memenangkan 46,72% suara dalam pemilihan parlemen.

Adapun, Serbia Against Violence berada di urutan kedua dalam pemilu dengan 23,56% suara, disusul Partai Sosialis Serbia di urutan ketiga dengan 6,56% dukungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper