Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Gaza menyatakan lebih dari 13.000 penduduk di Jalur Gaza tewas hingga Minggu (19/11/2023) akibat perang Israel dan militan Hamas sejak 7 Oktober 2023.
Jumlah korban tewas telah melebihi 13.000 jiwa, di antaranya 5.500 orang adalah anak-anak dan 3.500 orang adalah perempuan.
Melansir TASS, jumlah korban di kalangan tenaga medis, dokter, perawat, dan paramedis, telah mencapai 201 orang, di antara perwakilan pertahanan sipil 22 orang, dan di kalangan jurnalis 60 orang.
Selain itu, juga tercatat bahwa lebih dari 30.000 orang terluka. Perempuan dan anak-anak berjumlah 75%, serta lebih dari 6.000 orang dilaporkan hilang.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menggambarkan jumlah korban sipil dalam konflik Palestina-Israel sebagai hal yang mengejutkan dan tidak dapat diterima.
“Perang ini memakan korban sipil dalam jumlah yang sangat besar dan tidak dapat diterima, termasuk perempuan dan anak-anak, setiap hari. Ini harus dihentikan,” katanya.
Baca Juga
Lebih lanjut, dia mengulangi seruannya untuk segera melakukan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza, Palestina.
Ketegangan kembali berkobar di Timur Tengah setelah militan dari kelompok radikal Palestina Hamas yang berbasis di Jalur Gaza melancarkan serangan mendadak ke wilayah Israel, pada 7 Oktober 2023.
Serangan itu menewaskan banyak warga Israel yang tinggal di dekat perbatasan Gaza dan menculik lebih dari 200 warga Israel, termasuk perempuan, anak-anak dan orang tua.
Hamas menggambarkan serangannya sebagai respons terhadap tindakan agresif otoritas Israel terhadap Masjid Al-Aqsa di Temple Mount di Kota Tua Yerusalem.
Israel mendeklarasikan blokade total terhadap Jalur Gaza dan melancarkan pemboman terhadap wilayah tersebut dan beberapa wilayah di Lebanon dan Suriah, serta operasi darat terhadap Hamas di Jalur Gaza. Bentrokan juga dilaporkan terjadi di Tepi Barat.