Bisnis.com, JAKARTA - Para pejabat Israel dan Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa kabinet Israel setuju untuk mengizinkan 140.000 liter bahan bakar masuk ke Gaza setiap 2 hari sekali, setelah adanya permintaan dari Washington, pada Jumat (17/11/2023).
Keputusan tersebut menjadi titik terang di tengah kekurangan yang mengancam pengiriman bantuan kemanusiaan dan komunikasi di Jalur Gaza yang terkepung.
Israel mengizinkan truk bantuan masuk setelah pemeriksaan ketat dan sejumlah kecil bahan bakar diizinkan masuk untuk menjaga truk pengiriman bantuan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) tetap bergerak pada Rabu (15/11/2023).
Seorang pejabat Israel mengatakan 2 truk sehari akan diizinkan masuk untuk memenuhi kebutuhan, namun mengatakan jumlah tersebut hanya memberikan sedikit dukungan untuk sistem air, limbah dan sanitasi di Gaza.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS, yang memberikan rincian lebih lanjut, mengatakan Israel telah berkomitmen untuk menyediakan 120.000 liter bahan bakar setiap 48 jam untuk truk UNRWA dan kebutuhan lain seperti desalinisasi air, pemompaan limbah, toko roti dan rumah sakit di Selatan Gaza.
Melansir CNA, tambahan 20.000 liter air setiap 2 hari akan diizinkan masuk ke pembangkit listrik perusahaan telekomunikasi Paltel, yang sebelumnya memperingatkan akan segera terjadi pemadaman jaringan telepon selulernya karena kekurangan bahan bakar.
Baca Juga
Perjanjian untuk mengirimkan bahan bakar tersebut mendapat tentangan keras dari beberapa anggota koalisi sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Hal tersebut menyusul meningkatnya kekhawatiran internasional atas situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza.
Para pejabat Departemen Luar Negeri AS menyatakan telah mendorong Israel untuk mengizinkan bahan bakar masuk selama beberapa waktu ke Gaza.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyampaikan seruan kepada anggota kabinet Israel dan memperingatkan bahwa kekurangan bahan bakar berisiko menimbulkan bencana kemanusiaan di antara 2,3 juta penduduk Gaza.
Para pejabat Israel sebelumnya berpendapat bahwa Hamas harus melepaskan sandera untuk mengurangi tekanan ke Gaza.
Selain itu para pejabat juga menambahkan bahwa negosiasi mengenai pembebasan sandera harus terus dilakukan secara terpisah dari langkah mengenai bahan bakar.
Sementara itu, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich, yang memimpin salah satu partai nasionalis-religius dalam koalisi Netanyahu mengatakan keputusan untuk mengizinkan bahan bakar adalah kesalahan serius.
"Ini menunjukkan kelemahan, memberikan oksigen kepada musuh," katanya dalam sebuah pernyataan.
Pejabat Israel membenarkan bahwa keputusan tersebut diambil setelah adanya permintaan dari Washington.
Selain itu, pihak Israel juga mengklaim bahwa mengizinkan masuknya bahan bakar memberi Israel ruang ekstra untuk bermanuver di arena internasional, sehingga dapat melanjutkan kampanyenya untuk memberantas Hamas di Gaza.
Seperti diketahui, Israel memberlakukan blokade terhadap semua barang yang memasuki Gaza, di saat melancarkan kampanye militer sebagai tanggapan terhadap Hamas yang menyerang pada 7 Oktober 2023.