Bisnis.com, JAKARTA - Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara berhenti beroperasi total karena kekurangan pasokan medis dan membludaknya pasien di tengah serangan Israel ke wilayah tersebut.
Melansir Al Jazeera, Jumat (17/11/2023), Direktur RS Indonesia Atef al-Kahlout mengatakan bahwa RS telah ditutup dan sekitar 45 pasien yang sangat membutuhkan operasi telah ditinggalkan di ruang tunggu.
Rekaman dari rumah sakit di Beit Lahiya di Jalur Gaza utara menunjukkan warga Palestina yang terluka berbaris di lorong-lorong fasilitas tersebut dan berbaring di tengah genangan darah.
"Rumah sakit Indonesia telah sepenuhnya berhenti melayani dan beroperasi. Kami tidak dapat menawarkan layanan lebih lanjut ... kami tidak dapat menyediakan tempat tidur kepada pasien," kata Kahlout.
Meskipun RS tersebut memiliki kapasitas 140 pasien, al-Kahlout mengatakan sekitar 500 pasien saat ini berada di dalam rumah sakit.
Dia mengatakan 45 pasien membutuhkan "penanganan bedah darurat dan meminta ambulans untuk tidak membawa lebih banyak orang yang terluka ke fasilitas tersebut karena kurangnya kapasitas.
Baca Juga
Dia mengatakan departemen RS tidak dapat melakukan pekerjaan. Para petugas kesehatan di rumah sakit tersebut mengatakan bahwa mereka kekurangan pasokan.
"Kami tidak memiliki tempat tidur. Orang ini membutuhkan unit perawatan intensif," kata seorang petugas kesehatan kepada Al Jazeera. sambil menunjuk seorang pemuda yang terbaring di tanah sambil dirawat oleh seorang perawat.
Ia mengatakan RS menerima orang-orang yang terluka dari Wadi Gaza ke Beit Hanoon. Beberapa di antaranya telah berada di sini selama 10 hari."
Hampir 30.000 warga Palestina telah terluka sejak Israel memulai serangannya ke Gaza pada tanggal 7 Oktober setelah Hamas melakukan serangan mendadak ke Israel selatan, yang menewaskan sekitar 1.200 orang, menurut pihak berwenang Israel.
Sejak saat itu, Israel terus membombardir Gaza, menyebabkan lebih dari 11.400 orang terbunuh, termasuk lebih dari 4.600 anak-anak. Israel juga sangat membatasi pasokan air, makanan, listrik dan bahan bakar, dan badan-badan bantuan memperingatkan akan terjadinya bencana kemanusiaan di daerah kantong tersebut.
"Tim medis [di RS Indonesia] terpaksa mengamputasi beberapa pasien karena organ-organ tubuh mereka membusuk," lapor Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera dari Khan Younis.
Ia menambahkan bahwa rumah sakit tersebut tidak dapat memindahkan pasien yang terluka ke tempat lain.
"Semua rumah sakit di Kota Gaza dan wilayah utara telah berhenti beroperasi," ujar direktur al-Kahlout.
Rumah Sakit Indonesia, yang terletak di dekat kamp pengungsian terbesar di Gaza, Jabalia, juga telah menampung ratusan pengungsi yang mencari perlindungan di sana.
Daerah sekitar rumah sakit tersebut telah beberapa kali digempur oleh pasukan Israel, dan sedikitnya dua warga sipil tewas dalam serangan tersebut antara tanggal 7 dan 28 Oktober, menurut Human Rights Watch.
Militer Israel menuduh Rumah Sakit Indonesia digunakan untuk menyembunyikan pusat komando dan kontrol bawah tanah untuk Hamas.
MER-C sebagai pengelola rumah sakit Indonesia di Gaza membantah tuduhan Israel tentang terowongan bawah tanah di rumah sakit Indonesia sebagai markas dan akses bagi Hamas.
Ketua Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad mengatakan tuduhan itu sebagai suatu cara bagi Israel untuk bisa melakukan serangan ke rumah sakit Indonesia di Gaza.
"Kami membantah bahwa kita dalam membangun rumah sakit ini dalam konteks yang benar-benar profesional yaitu sesuai dengan kebutuhan masyarakat Gaza, baik saat itu maupun saat ini. Oleh sebab itu, apa yang dituduhkan oleh Israel bisa jadi merupakan satu prakondisi untuk Israel melakukan serangan ke RS Indonesia yang ada di Gaza," katanya dalam konferensi pers, dikutip Rabu (8/11/2023).