Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CSIS: Indonesia Belum Jadi Mitra Strategis AS dalam Bidang Keamanan

Peneliti CSIS mengatakan Indonesia masih belum menjadi mitra strategis bagi AS dalam keamanan dan pertahanan.
Presiden Joko Widodo melakukan pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, pada Senin, (13/11/2023). Dok BPMI Setpres RI
Presiden Joko Widodo melakukan pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, pada Senin, (13/11/2023). Dok BPMI Setpres RI

Bisnis.com, JAKARTA - Centre For Strategic And International Studies (CSIS) mengungkap hasil pertemuan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dari segi hubungan kedua negara dalam hal keamanan dan pertahanan. 

Peneliti Hubungan Internasional CSIS Muhammad Habib menjelaskan dari sisi keamanan dan pertahanan, sejauh ini Indonesia masih belum menjadi mitra strategis bagi AS. 

Dia menjelaskan bahwa capaian yang direncanakan dalam pertemuan kedua pemimpin hanya intensif untuk meningkatkan nota kesepahaman di empat area.

"Perlu ditekankan bahwa Comprehensif Strategic Partnership (CSP) ini belum begitu banyak mengubah landskap kerja samanya. Kerja samanya masih berdasarkan catatan yang kami miliki hanya sebatas pada empat area yaitu diantaranya yaitu keamanan siber, kemudian keamanan maritim, kontra terorisme dan pertahanan," katanya di CSIS Jakarta, Kamis (16/11/2023). 

Lebih lanjut, dia menekankan bahwa Indonesia perlu lebih mewaspadai atau mengantisipas iperubahan landskap keamanan di tingkat global. Meski begitu, dia membenarkan bahwa ada beberapa kemajuan yang terlihat dari sisi keamanan dan pertahanan. 

"Berkaitan dengan kerja sama keamanan dan pertahanan antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS), memang betul ada beberapa progres yang terlihat dalam satu tahun terakhir, di antaranya bagaimana peningkatan Super Garuda Shield 2023 yang dihadiri sekarang lebih dari 10 negara di partisipasikan juga oleh negara-negara tersebut," ujarnya. 

Selain itu, ada juga pertemuan pertama 2+2 kerja sama antara Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan Indonesia-AS, tetapi untuk tingkatan pejabat senior, bukan tingkatan Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan kedua negara. 

Sementara itu, CSP belum memberikan jaminan bantuan peningkatan kapabilitas militer Indonesia, sehingga perlu dielaborasi lebih jauh.

CSP juga tidak banyak mencakup isu keamanan non-tradisional lainnya yang mendesak, dan justru mungkin merubah lanskapnya secara dramatis.

Adapun beberapa yang mendesak di antaranya adaptasi postur pertahanan, kesiapan militer, interoperabilitas alutsista terhadap dampak kemajuan teknologi berkembang (emerging technologies), perubahan iklim, dan proliferasi nuklir.

Seperti diketahui, Jokowi dan Joe Biden melakukan pertemuan bilateral, membahas hubungan lebih lanjut kedua negara, termasuk di bidang pertahanan dan keamanan kedua negara, di Washington DC, pada 13 November 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Erta Darwati
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper