Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Institute of Oceanology Chinese Academy of Sciences (IOCAS) menggelar ekspedisi riset ilmiah selama 35 hari untuk meneliti sumber daya hayati dan non-hayati di berbagai wilayah Indonesia.
Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN Ocky Karna Radjasa mengungkap bahwa ekspedisi ini merupakan kelanjutan dari kerja sama jalur sutra baru di bidang maritim yang telah berlangsung selama sepuluh tahun.
"Jadi, apa yang dilakukan oleh ekspedisi ini adalah terkait dengan sumber daya hayati dan non-hayati yang kita miliki sebagai bagian dari kerja sama selama 10 tahun," katanya di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara pada Rabu (15/11/2023).
Menurutnya, sebagai negara dengan kekayaan hayati tertinggi, Indonesia dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk mengeksplorasi beragam kekayaan hayati yang terbentang di lautan Indonesia, mulai dari permukaan sampai ke laut dalam.
Pihaknya menilai, dari sekitar 68 persen laut Indonesia yang memiliki kedalaman lebih dari 200 meter, Indonesia juga dapat memperkaya khazanah biodiversitas yang belum seluruhnya tersentuh.
"Sehingga ini merupakan satu sumber daya yang saat ini kita masih belum punya banyak ilmunya. Jadi, termasuk kekayaan hayati atau biodiversitas akan kita pelajari melalui ekspedisi selama 35 hari ini," lanjut Ocky.
Baca Juga
Ketika ditanya perihal hasil yang diharapkan dari penelitian ini, dia menyebut bahwa keseluruhan data yang dikumpulkan, termasuk sejak awal kerja sama, akan dapat terkumpul secara lebih kumulatif.
"Pertama, pengumpulan data-data yang makin kumulatif. Kedua, terkait dengan diseminasi melalui konferensi dan melalui publikasi internasional," katanya.
Selain itu, dirinya juga menginginkan kerja sama ini dapat menjadi penguat generasi maritim ke depannya, baik dari Indonesia maupun China.
"Ini yang ingin kami perjuangkan, dan ini merupakan kolaborasi kedua belah pihak, melibatkan peneliti muda yang berasal dari China maupun dari BRIN," pungkas Ocky.
Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian juga memimpin pelepasan ekspedisi yang diikuti total 51 peneliti dan kru kapal tersebut, juga perwakilan dari IOCAS dan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI.