Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Beda Respons PDIP dan PSI Atas Hasil Survei Indikator Soal Isu Dinasti Politik

PDIP dan PSI berbeda respons soal salah satu hasil survei Indikator Politik Indonesia soal putusan MK 90/PUU-XXI/2023 direspons biasa saja oleh masyarakat.
Beda Respons PDIP dan PSI Atas Hasil Survei Indikator Soal Isu Dinasti Politik. Ilustrasi - Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/hp.
Beda Respons PDIP dan PSI Atas Hasil Survei Indikator Soal Isu Dinasti Politik. Ilustrasi - Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/hp.

Bisnis.com, JAKARTA - PDI Perjuangan menanggapi salah satu hasil survei Indikator Politik Indonesia soal putusan MK 90/PUU-XXI/2023 yang mengindikasikan isu dinasti politik direspons biasa saja oleh masyarakat.

Sebelumnya, berdasarkan survei pada 27 Oktober - 1 November 2023, mayoritas masyarakat sebesar 42,9% lebih memilih biasa saja dalam menanggapi isu politik dinasti. Bahkan, masyarakat yang memilih sangat khawatir cenderung menurun dibandingkan dengan hasil survei sebelumnya.

Menanggapi hal itu, anggota DPR-RI fraksi PDI Perjuangan, Masinton Pasaribu menyampaikan bahwa hasil survei tersebut belum memotret secara keseluruhan kondisi masyarakat di Tanah Air.

"Menurut saya ada beberapa yang belum terekam secara utuh yang sesungguhnya berbanding, kalau yang saya potret kalau di Jakarta merasakan baik itu memilih PDI maupun bukan PDI, baik pemilih pak Jokowi 2019 komentar nya nyaris sama, kok bisa merubah hukum dan UU hanya untuk kepentingan keluarga," kata Masinton di YouTube Indikator Politik Indonesia, Minggu (12/11/2023).

Dia juga menegaskan bahwa konstitusi negara seharusnya tidak diperdaya dalam pesta demokrasi lima tahunan Indonesia ini. Masinton juga menuturkan seharusnya lembaga konstitusi negara menjunjung tinggi norma atau etika.

"Kontestasi ini kan seharusnya dengan mengakali konstitusi, ini kalau bicara kontestasi. tidak boleh konstitusi itu diakali untuk memuluskan orang-perorang ikut dalam kontestasi. Hukum itu bukan sekadar apa yang tertulis, etika itu kan norma. Nilainya itu di atas hukum," tambahnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Pembina PSI, Grace Natalie mengatakan bahwa hasil survei Indikator mengenai isu dinasti politik justru mencerminkan masyarakat yang semakin cerdas dalam mencerna informasi atau memahami isu politik.

"Saya melihat justru dari survei ini justru [mencerminkan] pemilih kita semakin cerdas melihat bahwa ini kita sedang berada dalam kontestasi sebuah perlombaan, dimana sudah dimulai dan pesertanya sudah berlari dan garis finishnya ada di 14 Februari," kata Grace dalam kesempatan yang sama.

Lebih lanjut, kata Grace, hasil survei ini juga memperlihatkan bahwa ketidakberhasilan isu dinasti, isu memainkan UU hingga pengkhianatan yang dilemparkan oleh pihak tertentu. Menurutnya, justru isu ini menjadi bumerang bagi pihak yang melemparkan isu tersebut.

"Namun bisa dikatakan ini adalah backfire, menembakan kaki sendiri. Justru pihak yang melempar isu kalau di potret dengan survei malah mengalami pengurangan dukungan dan yang menikmati kenaikan justru pasangan Anies dan Cak Imin yang duduk tenang melihat drama sinetron ini bermain," imbuhnya.

Sementara itu, Anggota DPR Fraksi NasDem, Saan Mustopa melihat hasil survei ini memperlihatkan isu dinasti yang gencar jadi perbincangan publik itu justru menuai respons yang berbanding terbalik.

"Bahwa apa yang menjadi ramai di tingkat permukaan tidak berbanding lurus respons masyarakat kebanyakan tentu ini menjadi tantangan karena ada sekat artinya gini ada aliran tidak lancar di level yang kritis di level masyarakat kebanyakan," kata Saan.

Sebagai informasi, survei ini melibatkan ribuan responden dengan umur minimal 17 tahun lebih atau sudah menikah dengan metode multistage random sampling 1220 orang yang terdistribusi dari seluruh Provinsi secara proporsional.

Adapun, survei ini dilakukan secara tatap muka dengan pewawancara terlatih dengan estimasi margin eror plus minus 2,9%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper