Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia Sukses Uji Coba Rudal Balistik Berkemampuan Nuklir

Rusi berhasil meluncurkan uji coba rudal balistik antarbenua yang mampu membawa hulu ledak nuklir dari salah satu kapal selamnya.
Rusia secara resmi mengoperasikan rudal Sarmat, sebuah rudal balistik antarbenua. Dok Reuters
Rusia secara resmi mengoperasikan rudal Sarmat, sebuah rudal balistik antarbenua. Dok Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Rusia mengklaim telah berhasil meluncurkan uji coba rudal balistik antarbenua yang mampu membawa hulu ledak nuklir dari salah satu kapal selamnya.

Peluncuran rudal bernama "Bulava" ini jadi yang pertama dalam kurun satu tahun terakhir ini. Belakangan, Rusia memang mulai kerap banyak bicara soal nuklir usai mencabut ratifikasi perjanjian larangan uji coba nuklir.

“Kapal selam rudal strategis bertenaga nuklir baru Kaisar Alexander yang Ketiga telah berhasil meluncurkan rudal balistik antarbenua berbasis laut Bulava,” dalam keterangan kementerian pertahanan (Kemhan) Rusia, dikutip dari CNA, Senin (6/11/2023).

Dikatakan, Kemhan menembakkan rudal bawah laut dari lokasi yang dirahasiakan di Pantai Barat Laut Putih ke sasaran yang berjarak ribuan kilometer jauhnya di semenanjung Kamchatka di timur jauh.

“Peluncuran rudal terjadi dalam mode normal dari posisi di bawah air. Ulur rudal tiba di daerah yang ditentukan pada waktu yang ditentukan," keterangan Kemhan Rusia.

Rudal Bulava sepanjang 12 meter dirancang untuk menjadi tulang punggung triad nuklir Moskow dan memiliki jangkauan lebih dari 8.000 km.

Negara-negara Barat menuduh Rusia mulai gencar berbicara nuklir dengan cara yang sembrono, usai melancarkan serangan terhadap Ukraina pada Februari tahun lalu.

Awal pekan lalu, Presiden Vladimir Putin sudah menandatangani undang-undang yang mencabut ratifikasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif Rusia.

Perjanjian tahun 1996 itu melarang semua ledakan nuklir, termasuk uji langsung senjata nuklir. Meski demikian, notabenenya perjanjian iyu tidak pernah berlaku karena beberapa negara penting – termasuk Amerika Serikat dan China – tidak pernah meratifikasinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper