Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Batasi Ekspor Drone, Ukraina Khawatir Kekurangan Pasokan

Ukraina khawatir akan mengalami kekurangan pasokan drone untuk perang melawan Rusia.
ilustrasi drone yang digerakkan dengan jaringan 5G Jio/dok. website Jio
ilustrasi drone yang digerakkan dengan jaringan 5G Jio/dok. website Jio

Bisnis.com, JAKARTA - Ukraina khawatir akan mengalami kekurangan pasokan drone untuk perang melawan Rusia. Pasalnya, China melakukan langkah pembatasan ekspor drone sehingga membuat munculnya kekhawatiran akan pasokan.

Banyak dari senjata itu dibuat secara komersial di China untuk dibeli langsung, dan pasokan baru sangat penting karena banyaknya korban jiwa dalam pertempuran Rusia-Ukraina.

Melansir BBC, sejauh ini adanya indikasi pengurangan jumlah drone China dan suku cadangnya yang tersedia di Ukraina dan Rusia.

Menurut Royal United Services Institute (Rusi), sebuah lembaga yang berbasis di London, Ukraina kehilangan sekitar 10.000 drone setiap bulannya. Banyak kelompok relawan yang berperan penting dalam memberikan dana sumbangan untuk membantu tentara Ukraina mengisi kembali persediaan drone negaranya.

Drone komersial digunakan bersamaan dengan desain militer yang dibuat khusus, seperti drone Bayraktar Turki yang digunakan oleh Ukraina dan Shahed Iran yang digunakan oleh Rusia.

Pembatasan terbaru yang diberlakukan oleh pemerintah China mulai berlaku pada 1 September 2023. Aturan ini berlaku untuk drone jarak jauh dengan berat lebih dari 4 kg, serta peralatan terkait drone seperti beberapa kamera dan modul radio.

Produsen peralatan semacam itu di China sekarang diharuskan untuk mengajukan izin ekspor dan memberikan sertifikat pengguna akhir, dan pemerintah di Beijing yang tidak mengutuk invasi Rusia ke Ukraina mengatakan drone komersial China tidak boleh digunakan untuk tujuan militer.

Relawan dan tentara Ukraina mengatakan pembatasan terbaru China sejauh ini berdampak minimal terhadap ketersediaan drone, terutama Mavic ringan yang diproduksi oleh perusahaan Tiongkok DJI. Namun, pihaknya mengatakan pasokan suku cadang telah terpengaruh dan juga khawatir situasi akan memburuk di masa depan.

Lyuba Shypovych yang memimpin Dignitas, salah satu kelompok sukarelawan terbesar di Ukraina yang memasok drone kepada militer, mengatakan satu-satunya perubahan saat ini adalah lebih aktif membeli stok apapun yang tersisa di gudang-gudang Eropa.

“Tetapi apa yang akan kami lakukan di masa depan masih belum jelas," tambahnya.

Dia sangat mengkhawatirkan ketersediaan suku cadang seperti kamera pencitraan termal.

“Karena siang hari semakin pendek dan malam semakin panjang, hal ini jelas berdampak pada pasokan untuk militer kita dan cara peperangan dilakukan secara umum karena kita tidak memiliki banyak drone pencitraan termal. Unit kami menjadi buta di malam hari. Hal ini mempengaruhi drone yang tersedia dengan kamera pencitraan termal dan komponennya," ujarnya.

Ketersediaan suku cadang sangat penting untuk merakit drone sendiri atau menyempurnakan model drone yang dibeli.

Operator drone senior dari resimen Kastus Kalinouski yang menggunakan tanda panggilan Oddr, mengatakan bahwa lisensi yang diwajibkan oleh China kini telah membatasi akses Ukraina terhadap komponen-komponen drone.

“Tetapi kami sedang mencari alternatif untuk memastikan drone kami berfungsi seperti sebelumnya," ucapnya.

Sementara itu, hal ini menjadi rintangan terbaru yang dihadapi para sukarelawan dalam pengadaan drone untuk tentara Rusia dan Ukraina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Erta Darwati
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper