Bisnis.com, JAKARTA – Serangan udara Israel menyasar Gereja Ortodoks Yunani di Gaza dan mengakibatkan 18 warga Kristen di Palestina terbunuh.
Melansir Reuters, Jumat (20/10/2023), Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres terbang ke Semenanjung Sinai Mesir pada hari Jumat (20/10/2023), dalam upaya agar bantuan mengalir ke Gaza, namun tidak jelas kapan pengiriman bahan bantuan yang ditimbun di Mesir akan dimulai.
Amerika Serikat (AS) mengatakan rincian kesepakatan pengiriman bantuan melalui penyeberangan Rafah antara Sinai dan Gaza masih dibahas.
Sebelumnya, AS mengatakan kesepakatan telah dicapai untuk pengiriman 20 truk pertama, namun para pejabat PBB mengatakan bahwa pengiriman bantuan apa pun perlu dilakukan dalam skala besar dan berkelanjutan.
Sebelum konflik antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas, sekitar 450 truk bantuan tiba di Gaza setiap hari.
Sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza bergantung pada bantuan kemanusiaan, yang berada di bawah blokade yang diberlakukan oleh Israel dan Mesir sejak Hamas mengambil alih wilayah tersebut pada tahun 2007.
Baca Juga
Pengepungan dan pemboman Israel terhadap Gaza, yang dilancarkan sebagai pembalasan atas serangan mematikan Hamas ke Israel, telah mengakibatkan krisis kemanusiaan yang semakin buruk di wilayah kantong Palestina.
Rafah adalah satu-satunya persimpangan dengan Gaza untuk perlintasan barang dan orang yang tidak berbatasan dengan Israel.
Upaya untuk memasukkan bantuan ke Gaza menjadi rumit karena perlu menyepakati mekanisme untuk memeriksa bantuan tersebut, dan dorongan untuk mengevakuasi pemegang paspor asing dari Gaza.
Jalan-jalan menuju Gaza sedang diperbaiki setelah terkena pemboman dalam dua minggu terakhir.
Seorang pejabat PBB mengatakan lebih dari 200 truk bantuan siap diangkut dari Sinai ke Gaza.
Pada konflik sebelumnya, bantuan telah dikirim ke Gaza selama jeda kemanusiaan melalui penyeberangan Kerem Shalom, yang dikendalikan oleh Israel. Namun Israel mengatakan pihaknya tidak akan mengizinkan bantuan masuk dari wilayahnya sampai Hamas melepaskan sandera yang mereka sandera dalam serangan 7 Oktober.
Dikatakan bahwa bantuan bisa masuk melalui Mesir asalkan tidak sampai ke tangan Hamas.
Mesir telah menyatakan tidak akan menerima perpindahan massal warga Gaza ke Sinai. Ini mencerminkan ketakutan Arab bahwa warga Palestina akan kembali mengungsi atau terpaksa meninggalkan rumah mereka secara massal, seperti yang mereka alami selama perang terkait pendirian Israel.
Mesir juga prihatin dengan keamanan di Sinai timur laut, tempat mereka menghadapi pemberontakan kelompok Islam yang meningkat satu dekade lalu, dan risiko tumpahan minyak dari Gaza yang dikuasai Hamas.