Ukraina sangat marah, tetapi saluran media dan media sosial di Polandia tengah dipenuhi pembicaraan pra-pemilu. PiS unggul dalam jajak pendapat, tetapi selisihnya tipis dan sebagian besar komentator menganggap hasil tersebut terlalu tipis.
Dalam perebutan suara, PiS mencitrakan dirinya sebagai pembela terkuat kepentingan Polandia. Mempertanyakan kebijakan dukungan kepada Ukraina disebut sebagai salah satu hal yang bisa dilakukan di antara isu-isu populis lainnya seperti migrasi.
"Ini bukan soal gandum, ini bukan soal senjata. Ini soal sentimen di kalangan pemilih konservatif yang merupakan isu besar bagi PiS, dan mereka harus memanfaatkan sentimen ini,” kata Piotr Lukasiewicz dari kelompok analisis Polityka Insight, dikutip dari BBC pada Jumat (22/9/2023).
Menurutnya, hal ini dibangun berdasarkan anggapan bahwa Ukraina tidak cukup bersyukur atas dukungan Polandia, dan bahwa warga Ukraina di Polandia mendapat terlalu banyak pelayanan sosial dan keuangan.
PiS disinyalir mencoba meraup pemilih dari partai sayap kanan Konfederacja, yang saat ini memperoleh hampir 10 persen dukungan. Pada minggu ini, anggota Konfederacja mengadakan unjuk rasa di kedutaan Ukraina di Warsawa, dan menunjukkan “tagihan” palsu untuk dukungan Polandia.
Konfederacja menyatakan total biaya untuk membantu Kyiv mencapai lebih dari US$23,1 miliar, lantas menulis: "Dibayar: nol. Rasa syukur: tidak ada."
Baca Juga
Politisi oposisi mengecam tindakan ini sebagai nasionalisme yang berbahaya. Namun, perubahan pola pikir Polandia tidak terjadi sendirian.
Bayangan fenomena “kelelahan Ukraina” ini membayangi kampanye pemilu mulai dari Slovakia hingga Amerika Serikat, yang dapat menjadi kekhawatiran serius bagi Ukraina yang masih membutuhkan dukungan dari Barat dalam perang dengan Rusia.
Pemerintah Polandia menekankan bahwa bantuan internasional akan terus mengalir melalui Rzeszow, yang merupakan pusat penting bagi segala hal mulai dari tank hingga peluru. Sementara itu, pembicaraan antara Ukraina dan Polandia mengenai sengketa gandum terus berlanjut.