Bisnis.com, JAKARTA - Rusia menuding Amerika Serikat bertanggung jawab atas semua dampak buruk yang mungkin ditimbulkan dari kebijakan pengiriman amunisi uranium ke Ukraina.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa amunisi semacam itu telah digunakan oleh NATO dalam mengebom Yugoslavia pada 1999, dan menyebabkan lonjakan kasus kanker dan penyakit berisiko lainnya.
“Konsekuensi ini juga dirasakan oleh generasi berikutnya yang pernah melakukan kontak atau yang berada di wilayah senjata tersebut digunakan,” katanya sebagaimana dikutip dari Channelnewsasia, Kamis (7/9/2023).
Dia menambahkan bahwa apabila uranium digunakan dalam perang, hal yang sama juga akan terjadi di Ukraina.
Penggunaan amunisi ini menuai perdebatan sengit. Koalisi Internasional untuk Pelarangan Senjata Uranium (ICBUW) mengatakan bahwa risiko kanker dan cacat lahir dapat dialami manusia apabila menelan atau menghirup debu uranium.
Namun, laporan Badan Program Lingkungan PBB di Serbia-Montenegro menemukan "tidak ada kontaminasi yang signifikan dan meluas" mengenai dampak uranium.
Baca Juga
Senada, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan bahwa penelitian di bekas wilayah Yugoslavia, Kuwait, Irak, dan Lebanon menunjukkan bahwa keberadaan residu uranium yang tersebar di lingkungan tidak menimbulkan bahaya radiologi bagi penduduk di wilayah yang terdampak.
Di sisi lain, beberapa politisi Serbia membantah hal ini dan justru melaporkan peningkatan kejadian penyakit ganas dan kematian yang ditimbulkan.
Sebelumnya, AS mengumumkan paket bantuan perang untuk Ukraina, termasuk amunisi depleted uranium untuk tank Abrams.
Bantuan ini segera disalurkan Pentagon dalam paket bantuan perang yang bernilai hingga US$175 juta.