Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov membahas sejumlah hal penting pada KTT Asean 2023 di Jakarta, Kamis (7/9/2023).
Dilansir dari TASS, Lavrov tiba di Jakarta pada Rabu (6/9/2023) dan telah mengadakan beberapa pertemuan bilateral.
Diselenggarakan pada tahun 2005, KTT Asia Timur (EAS) merupakan platform dialog antara para pemimpin kawasan Asia-Pasifik mengenai berbagai isu. Forum tersebut beranggotakan negara-negara Asean (Association of Southeast Asian Nations), yaitu Brunei, Kamboja, india, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, serta mitra dialognya – Rusia, Australia, China, India, Jepang, Selandia Baru, Republik Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Tahun ini, Timor Lester juga diundang sebagai calon anggota Asean.
KTT Asia Timur diadakan setiap tahun dalam rangka pertemuan Asean. Biasanya, Rusia diwakili oleh menteri luar negeri.
Tahun lalu, KTT tersebut tidak menghasilkan pernyataan bersama karena tuntutan Amerika Serikat (AS) mengenai Ukraina.
Menurut Lavrov, pihak AS dan mitra-mitranya bersikeras melakukan penilaian yang tidak dapat diterima mengenai situasi di dalam dan sekitar Ukraina.
Kecenderungan yang berbahaya
Menurut Kementerian Luar Negeri, Rusia menganggap penting untuk membahas tantangan yang dihadapi kawasan Asia Pasifik saat ini.
“Selama acara tersebut, kami percaya bahwa penting untuk membahas tantangan yang dihadapi kawasan Asia-Pasifik, khususnya, kami bermaksud untuk menarik perhatian terhadap risiko memburuknya situasi militer dan politik di kawasan Asia-Pasifik,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova.
Dikatakan, ada kebutuhan untuk melakukan pembicaraan substantif mengenai menjaga stabilitas arsitektur Asean-sentris yang sedang menghadapi tekanan serius dari platform blok alternatif.
Pada Juli 2023, Lavrov mencatat bahwa metode Asean masih harus diuji. Dia menekankan bahwa AS dan sekutu-sekutunya berupaya untuk menggantikan arsitektur keamanan yang berpusat pada Asean di Asia Pasifik yang telah terbentuk selama beberapa dekade dan masih dapat diterima oleh semua pihak hingga saat ini dengan apa yang mereka sebut sebagai strategi Indo-Pasifik dan Ekspansi NATO.
Selain itu, menurut Lavrov, Tokyo dan Seoul memberi isyarat bahwa mereka ingin memiliki senjata nuklir sendiri yang dikerahkan AS. Ini adalah tren yang sangat serius dan sangat berbahaya, tegasnya.
Cara Menanggapi Korea Utara
Situasi sulit sedang berkembang di sekitar Semenanjung Korea. Dilaporkan pada tanggal 4 September bahwa Korea Utara melakukan latihan simulasi serangan nuklir taktis terhadap sasaran militer di Korea Selatan.
Latihan tersebut diselenggarakan sebagai respons terhadap manuver Ulchi Freedom Shield yang dilakukan Amerika Serikat dan Korea Selatan, menurut pihak Korea Utara, untuk melatih skenario serangan nuklir preventif terhadap Korea Utara.
Menurut Kantor Berita Pusat Korea (KCNA), kekuatan nuklir Korea Utara akan terus memperkuat kesiapan tempur untuk tindakan balasan yang bertujuan mencegah perang dan melindungi perdamaian dan stabilitas di kawasan.
Selain itu, Menteri Pertahanan Korea Utara Kang Sun-nam mengatakan bahwa Amerika Serikat menggunakan situasi di Ukraina sebagai dalih untuk memperluas pengaruhnya ke kawasan Asia Pasifik dan secara serius mengancam keamanan tidak hanya Korea Utara tetapi juga negara-negara lain.