Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia, Belarusia, dan Iran Diundang Lagi ke Perjamuan Hadiah Nobel!

Rusia, Belarusia, dan Iran diundang kembali ke perjamuan Hadiah Nobel setelah tidak diikutsertakan pada tahun lalu akibat perang Ukraina.
Hadiah Nobel/Istimewa
Hadiah Nobel/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Rusia, Belarusia, dan Iran diundang kembali ke perjamuan Hadiah Nobel di Stockholm, Swedia setelah tidak diikutsertakan pada tahun lalu akibat perang Ukraina dan kontroversi hak asasi manusia (HAM).

Yayasan Nobel selaku penyelenggara mengatakan berusaha untuk mengundang semua negara, bahkan mereka yang tidak menganut nilai-nilai Hadiah Nobel.

"Jelas bahwa dunia semakin terbagi menjadi beberapa bidang, di mana dialog antara mereka yang berbeda pandangan semakin berkurang. Untuk melawan kecenderungan ini, kami memperluas undangan untuk merayakan dan memahami Hadiah Nobel dan pentingnya ilmu pengetahuan bebas, budaya bebas, dan masyarakat bebas dan damai,” kata Direktur Eksekutif Yayasan Nobel Vidar Helgesen, dikutip dari BBC pada Jumat (1/9/2023).

Sebelumnya pada 2022, Yayasan Nobel tidak mengundang Rusia dan Belarusia karena invasi Rusia ke Ukraina. Belarusia adalah sekutu utama Rusia dan Presiden Alexander Lukashenko mendukung operasi militer khusus yang dimulai pada Februari tahun lalu.

Iran juga tidak diundang karena dianggap melakukan kejahatan kemanusiaan dalam menangani unjuk rasa pada tahun lalu, dan telah lama dikritik karena catatan HAM yang buruk.

Adapun lima dari enam upacara Hadiah Nobel berlangsung di Stockholm setiap tahun, sedangkan Hadiah Nobel Perdamaian diberikan di Oslo, Norwegia. Sementara itu, salah satu anggota parlemen Swedia menyebut undangan tahun ini “sangat tidak pantas”.

Anggota parlemen dari Partai Liberal Swedia, Karin Karlsbro, menuduh Yayasan Nobel membuat preseden berbahaya dengan memberikan lampu hijau untuk mengundang Rusia ke pesta glamor, sementara rudal jatuh ke pusat kebudayaan Ukraina dan membunuh anak-anak.

Dia juga menyebut ketiga negara itu sebagai negara jahat yang menindas warganya, mengobarkan perang dan teror terhadap rakyatnya sendiri dan negara tetangga.

“Mereka adalah negara-negara yang tidak menganut nilai-nilai demokrasi dengan cara apapun. Ada perang di Eropa, mereka mengambil posisi yang sangat naif. Ini melemahkan kohesi yang kita perlukan di seluruh masyarakat," katanya.

Para pemimpin partai politik Swedia biasanya diundang ke pesta tersebut, namun pemimpin Partai Demokrat Swedia Jimmie Akesson juga menyatakan tak akan hadir.

"Sayangnya saya sibuk hari itu," tulisnya singkat di Facebook.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nancy Junita
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper