Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat (AS) khawatir negosiasi antara Rusia dan Korea Utara mengenai pasokan senjata terus mengalami kemajuan, Reuters melaporkan pada 30 Agustus, mengutip juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby.
“Kami tetap khawatir bahwa… (Korea Utara) terus mempertimbangkan untuk memberikan dukungan militer kepada pasukan militer Rusia di Ukraina,” kata Kirby kepada wartawan saat konferensi pers.
“Diskusi tingkat tinggi mungkin berlanjut dalam beberapa bulan mendatang,” tambahnya.
Kirby menekankan bahwa Korea Utara telah menyediakan roket dan rudal infanteri ke Rusia pada tahun 2022, dan Moskow telah mencari pasokan senjata lebih lanjut sejak saat itu untuk meningkatkan upaya perangnya di Ukraina.
Pada musim semi tahun 2023, Moskow dilaporkan mendekati Pyongyang dengan tawaran pasokan makanan sebagai imbalan senjata.
Korea Utara sangat termiliterisasi sejak berakhirnya perang dengan tetangganya di Korea Selatan pada tahun 1953, namun menderita kekurangan pangan yang kronis.
Baca Juga
Sebelumnya pada bulan Agustus, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengunjungi ibu kota Korea Utara untuk meyakinkan para pemimpin negara tersebut agar menyediakan amunisi artileri yang dapat digunakan pasukan Rusia dalam perang melawan Ukraina.
Moskow juga dilaporkan berupaya mendapatkan bahan mentah untuk produksi industri pertahanannya.
Menurut intelijen AS, sekelompok pejabat Rusia lainnya mungkin telah melakukan perjalanan ke Korea Utara setelah kunjungan Shoigu. Kirby menambahkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah bertukar surat berjanji untuk meningkatkan kerja sama antar negara mereka.
Washington telah berulang kali memperingatkan Korea Utara agar tidak memberikan senjata kepada Rusia. Pada 17 Agustus, AS memberikan sanksi kepada tiga entitas yang berupaya memfasilitasi pasokan persenjataan Korea Utara ke Rusia.
Ketika perang skala penuh melawan Ukraina memakan banyak korban pada persenjataan militer Rusia dan sanksi Barat menargetkan kemampuan Rusia untuk segera mengisi kembali persediaan senjatanya, Moskow telah beralih ke negara lain untuk mendapatkan pasokan senjata.
Pasukan Rusia telah mengerahkan secara besar-besaran drone kamikaze Shahed buatan Iran di Ukraina, sementara intelijen AS melaporkan pada akhir Juli bahwa Tiongkok memberi Moskow pasokan drone dan teknologi penggunaan ganda dalam jumlah besar yang dapat digunakan untuk tujuan militer.