Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bersaing ke Bulan, Chandrayaan-3 India Ungguli Luna-25 Rusia

Keberhasilan India mendaratkan Chandrayaan-3 di kutub Selatan Bulan untuk menjadi prestise nasional di tengah Rusia dibelit krisis.
Pemandangan bulan yang dilihat oleh pendarat Chandrayaan-3 saat Penyisipan Orbit Bulan pada 5 Agustus 2023 dalam tangkapan layar dari video yang dirilis 6 Agustus 2023. ISRO/Handout via REUTERS
Pemandangan bulan yang dilihat oleh pendarat Chandrayaan-3 saat Penyisipan Orbit Bulan pada 5 Agustus 2023 dalam tangkapan layar dari video yang dirilis 6 Agustus 2023. ISRO/Handout via REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA - Keberhasilan India mendaratkan Chandrayaan-3 di kutub Selatan Bulan untuk pertama kalinya merupakan hasil kombinasi sains, politik prestise nasional, dan uang saat Rusia sedang krisis.

Dilansir dari Reuters, Chandrayaan-3 India berhasil melakukan pendaratan di Kutub Selatan Bulan pada Rabu (23/8/2023). Para analis dan eksekutif memperkirakan akan ada dorongan bagi industri luar angkasa yang baru lahir di negara Asia Selatan ini.

Luna-25 milik Rusia yang diluncurkan kurang dari dua minggu lalu berada di jalur yang tepat untuk sampai ke sana terlebih dahulu sebelum pendarat tersebut jatuh dari orbit yang mungkin membawa pendanaan untuk misi berikutnya, kata para analis.

Seperti diketahui, misi antariksa Rusia Luna-25 gagal mendarat dan malah menabrak Bulan usai terjadinya gangguan teknis.

Badan Antariksa Rusia Roscosmos mengatakan pihaknya hilang kontak dengan Luna-25 pada Sabtu (19/8/2023) sekitar pukul 14.57 waktu Moskow.

Wahana ini diluncurkan pada 11 Agustus waktu setempat dan diklaim bakal menjadi era baru eksplorasi ruang angkasa Rusia. Misi Bulan Rusia terakhir yang mengangkasa adalah Luna-24 pada 1976 ketika negara ini masih menjadi bagian dari Uni Soviet.

Persaingan

Persaingan yang tampaknya tiba-tiba untuk mencapai wilayah Bulan mengingatkan pada perlombaan antariksa pada tahun 1960-an, ketika Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet bersaing.

Namun, kini ruang angkasa menjadi sebuah bisnis dan Kutub Selatan Bulan menjadi sebuah hadiah karena ada air es di sana yang diharapkan para perencana dapat mendukung koloni Bulan pada masa depan, operasi penambangan, dan misi akhirnya ke Mars.

Dengan dorongan dari Perdana Menteri Narendra Modi, India telah memprivatisasi peluncuran ruang angkasa dan berupaya membuka sektor ini bagi investasi asing karena India menargetkan peningkatan lima kali lipat pangsa pasar peluncuran global dalam dekade berikutnya.

Jika Chandrayaan-3 berhasil, para analis memperkirakan sektor luar angkasa India akan memanfaatkan reputasi rekayasa biaya yang kompetitif. Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO) memiliki anggaran sekitar US$74 juta atau sekitar Rp1,1 triliun untuk misi tersebut.

Sebagai perbandingan, NASA menghabiskan sekitar US$93 miliar atau sekitar Rp1.400 triliun untuk program bulan Artemis hingga tahun 2025, menurut perkiraan inspektur jenderal badan antariksa AS.

“Saat misi ini berhasil, hal ini akan meningkatkan profil semua orang yang terkait dengannya,” kata Ajey Lele, konsultan di Institut Studi dan Analisis Pertahanan Manohar Parrikar di New Delhi.

Rusia Kurang Dana

Meskipun ada sanksi Barat atas perang di Ukraina dan meningkatnya isolasi atas negara itu, Rusia berhasil meluncurkan “serangan” ke Bulan. Namun beberapa ahli meragukan kemampuannya mendanai penerus Luna-25. Rusia belum mengungkap berapa dana yang dikeluarkan untuk misi tersebut.

“Biaya eksplorasi luar angkasa berkurang secara sistematis dari tahun ke tahun,” kata Vadim Lukashevich, pakar luar angkasa independen dan penulis yang berbasis di Moskow.

Prioritas anggaran Rusia terhadap perang di Ukraina membuat terulangnya Luna-25 sangat tidak mungkin, tambahnya.

Rusia telah mempertimbangkan peran dalam program Artemis NASA hingga tahun 2021 ketika Rusia menyatakan akan bermitra dalam program Bulan oleh China. Hanya sedikit rincian dari upaya tersebut yang telah diungkapkan.

China melakukan pendaratan lunak pertama di sisi jauh Bulan pada tahun 2019 dan merencanakan lebih banyak misi. Perusahaan riset luar angkasa Euroconsult memperkirakan China menghabiskan US$12 miliar atau sekitar Rp182 triliun untuk program luar angkasanya pada tahun 2022. (Nizar Fachri Rabbani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Redaksi
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper