Bisnis.com, JAKARTA - Ketua DPR RI Puan Maharani menyampaikan pidatonya dalam Rapat Paripurna Pembukaan Masa Persidangan tahun Sidang 2023-2024. Puan beberapa kali menyebutkan kosa kata unik dalam pidatonya.
Berikut ini adalah beberapa istilah unik yang digunakan Puan dalam Rapat Paripurna Pembukaan Masa Persidangan tahun Sidang 2023-2024:
Ojo Pedhot Oyot
Saat membicarakan persatuan rakyat, Puan menyebut istilah Ojo Pedhot Oyot. Istilah ini diketahui memiliki makna jangan lupa pada akar atau asal usul.
"Bangsa Indonesia hendaknya setia kepada sifat asalnya, yaitu bangsa yang berbeda-beda tetapi dipersatukan oleh Pancasila, Ojo Pedhot Oyot," kata Puan dalam pidatonya di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (16/8/2023).
Ojo pedhot oyot ini juga diketahui menjadi slogan dari Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDIP), yang merupakan partai tempat Puan Maharani bernaung. Slogan ini sering diagungkan untuk mengusung trah Soekarno.
Tata Tentram Kerta Rahardja
Kosa kata selanjutnya yang muncul dalam pidato Puan adalah 'tata tentram kerta rahardja'. Puan menyampaikan hal ini ketika membicarakan kehidupan masyarakat Indonesia yang digambarkan kakeknya, Presiden Soekarno.
Baca Juga
"Didalam masyarakat yang demikian itu, kita akan hidup bahagia menurut cita-cita orang tua di jaman dahulu tata tentram kerta rahardja," ucap Puan.
Tata tentram kerta rahardja bermakna sebagai keadaan yang tertib, tentram, serta berkecukupan segala sesuatunya. Istilah ini merupakan salah satu falsafah Jawa dalam melihat fenomena sosial dan kemasyarakatan.
Kata tata tenteram kerta raharja juga diketahui pernah digunakan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tahun 1951. Pidato yang berjudul "Capailah Tata Tentrem Kerta Raharja" tersebut disampaikan Soekarno untuk menyambut hari kemerdekaan yang ke-6 pada 17 Agustus 1951 di Jakarta.
Sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe
Kosa kata selanjutnya yang disebut oleh Puan adalah 'sepi ing pamrih rame ing gawe'. Kosa kata ini memiliki makna ikhlas mengabdi demi terwujudnya cita-cita.
Puan mengucapkan istilah ini saat mengajak masyarakat Indonesia untuk bergotong royong, mengambil peran dan tanggung jawab untuk membangun negara.
"Apapun pekerjaan, profesi, jabatan, laki-laki danrtanding perempuan, orang tua dan kaum muda, apapun kedudukannya di masyarakat maka kita lakukan untuk membangun cara pikir, cara kerja, dan cara hidup yang membawa kemajuan; sepi ing pamrih rame ing gawe," ujar dia.
Dharma Eva Hato Hanti, Dharma Eva Hato Hanti
Selain itu, Puan juga menggaungkan 'Dharma Eva Hato Hanti, Dharma Eva Hato Hanti'. Kalimat tersebut memiliki arti kuat karena bersatu, bersatu karena kuat.
Kosa kata tersebut juga terinspirasi dari pidato Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1950 di Jakarta. Dalam buku "Di Bawah Bendera Revolusi" Presiden Soekarno mengajak masyarakat Indonesia untuk berjuang terus dalam persatuan nasional.
Menurutnya, Indonesia memang berada dalam kesulitan, kesedihan, dan berpanas-panasan hati satu sama lain. Meski demikian, Soekarno percaya masyarakat Indonesia tetap kuat, karena menunjukkan dapat bersatu.
"Dharma eva hato hanti, bersatu karena kuat, kuat karena bersatu, itulah kalimat yang saya tidak bosan-bosan mengulanginya selama Revolusi kita ini," tulis Soekarno.