Bisnis.com, JAKARTA - Negara-negara dalam Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) tengah mempertimbangkan untuk melakukan intervensi militer di Niger.
Dilansir dari Reuters pada Jumat (11/8/2023), usai pertemuan di ibu kota Nigeria, Abuja, Presiden Pantai Gading, Alassane Ouattara mengatakan bahwa dia menganggap penahanan Bazoum sebagai "aksi teroris" dan berjanji untuk menyuplai satu batalion tentara ke pasukan gabungan tersebut.
Ketika ditanya berapa banyak pasukan yang akan dilibatkan, seorang juru bicara tentara Pantai Gading mengatakan bahwa satu batalion terdiri dari 850 tentara. Sementara itu, negara-negara lain belum mengatakan berapa banyak pasukan yang bisa mereka sediakan.
Sebelumnya, militer Niger mengkudeta Presiden Mohamed Bazoum pada 26 Juli, yang merupakan kudeta ketujuh di Afrika Barat dan Tengah dalam tiga tahun terakhir.
Niger merupakan salah satu negara termiskin di dunia, tetapi menjadi sekutu utama Barat dalam perang melawan militan Islamis di wilayah Sahel. Konflik tersebut dipicu oleh politik internal, tetapi punya dampak hingga melampaui wilayah tersebut.
Pasukan AS, Prancis, Jerman, dan Italia telah ditempatkan di Niger sebagai bagian dari perang melawan pemberontakan kaum Islamis.
Baca Juga
Negara-negara Barat bersama ECOWAS dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menekan junta untuk mundur, sementara pemerintah militer di Mali dan Burkina Faso mengatakan mereka akan mempertahankan kondisi yang ada.
ECOWAS mengatakan pada Kamis bahwa semua upaya diplomatik mereka sejauh ini telah ditolak mentah-mentah oleh junta militer Niger.
Sementara itu, Prancis menyatakan akan mendukung penuh semua kesimpulan pertemuan ECOWAS.
Hal senada dilakukan AS. Melalui pernyataan Menteri Luar Negeri Antony Blinken, AS akan meminta pertanggungjawaban junta atas keselamatan Bazoum dan keluarganya. Uni Eropa juga menyerukan pembebasannya segera.
"Presiden Bazoum telah mengabdikan hidupnya untuk meningkatkan keadaan rakyat Niger. Tidak ada yang membenarkan perlakuan seperti itu," ujar kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell.
Human Rights Watch (HRW) mengatakan telah berbicara dengan Bazoum minggu ini, yang mengaku bahwa dia dan keluarganya diperlakukan "tidak manusiawi dan kejam" dalam tahanan.